Selasa, 23 Januari 2018

PERINSIP BELAJAR KOGNITIF



PERINSIP BELAJAR KOGNITIF

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah

Komunikasi pembelajaran

Dosen Pengampu: Jumairi Ismanto, M.Pd






                                             

Oleh :
Hanipah Nurhasanah
NPM : 15210045



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AL-MUSADDADIYAH GARUT 2017
Jl. Mayor Syamsu No. 2 Tlp. (0262) 232334 Fax. ( 0262) 242017



BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Belajar adalah suatu proses perubahan prilaku yang muncul karena pengalaman. Belajar bukan hanya meningkatkan tetapi lebih luas dari pada  itu, yakni mengalami, hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan, kegiatan belajar dapat di hayati (dialami) oleh orang yang sedang belajar dan juga dapat diamati oleh orang lain.
Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi srangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa. Untuk menciptakan dan menghasilkan kegiatan belajar dan pembelajaran yang berprestatif dan menyenangkan, perlu di ketahui berbagai landasan yakni prinsip-prinsp maupun teori belajar.
Prinsip belajar adalah landasan berpikir, landasa berpijak dan sumber motifasi agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik.
Prinsip ini dijadikan sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa maupun bagi guru dalam upaya mencapai hasil yang diinginkan.



A.    RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas maka dapat disimpulkan beberapa poin rumusan masalah diantaranya, yaitu:
1.      Apa yang dimaksud dengan prinsip belajar?
2.      Bagaimanakah implementasi belajar kognitif?
3.      Apa saja tahapan-tahapan dalam belajar?
4.      Apa saja model-model pengajaran?
B.     TUJUAN MASALAH
1.   Untuk  Mengetahui prinsip belajar.
2.   Untuk Mengetahui implementasi belajar kognitif.
3.   Untuk Mengetahui tahapan-tahapan dalam belajar.
4.   Untuk Mengetahui model-model pengajaran.











BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Prinsip Belajar
            Prinsip Belajar adalah suatu hubungan yang terjadi antara peserta didik dengan pendidik agar siswa mendapat motivasi belajar yang berguna bagi dirinya sendiri. Dan juga, prinsip belajar dapat digunakan sebagai landasan berfikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi agar Proses Belajar dan Pembelajaran dapat berjalan dengan baik antara pendidik dan peserta didik.
      Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan atau penguatan, serta perbedaan individual. (Dimyati dan Mudjiono, 2002:42)
1.      Perhatian dan Motivasi
Perhatian terhadap belajar akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Motivasi mempunya peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi mempunyai kaitan erat dengan minat.
2.      Keaktifan
Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Mulai dari kegiatan fisik yang berupa membaca, menulis, mendengarkan, berlatih ketermapilan hingga kegiatan psikis seperti memecahkan masalah, menyimpulkan hasil percobaan, membandingkan satu konsep dengan konsep yang lain, dan sebagainya.
3.      Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh Jhon Dewey dengan “learning by doing”-nya. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung. Belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif, baik individual amupun kelompok dengan cara memecahkan masalah. Guru bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing.
4.      Pengulangan
Thorndike mengemukakan bahwa belajar adalah pembentukkan antara stimulus dan respon, dan pengulangan terhadap pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respon benar.
5.      Tantangan
Teori Medan dati Kurt Lewin mengemukakan bahawa siswa dalam situasi belajar barada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu, yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut.
6.      Balikan dan Penguatan
Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil yang baik akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya, siswa belajar dengan sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan positif.
7.      Perbedaan Individual
Perbedaan individual berpengaruh terhadap cara dan hasil belajar siswa. Karenanya, perbedaan individual perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran.
B.     Implementasi Belajar Kognitif
Dalam proses belajar mengajar diperlukan cara yang tepat untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Berikut adalah aplikasi teori belajar kognitif menurut teori gestalt dalam proses pembelajaran:
a.       Pengalaman tilikan (insight); Tilikan bisa disebut juga pemahaman mengamati. Dalam proses belajar, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu mengenal keterkaitan unsur-unsur suatu objek atau peristiwa.
b.      Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); dalam hal ini unsur-unsur yang bermakna akan sangat menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Hal ini akan sangat bermanfaat dan membantu peserta dalam menangani suatu masalah. Jadi, hal-hal yang dipelajari para peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
c.       Perilaku bertujuan (pusposive behavior);suatu perilaku akan terarah pada tujuan. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika para peserta didik mengerti tujuan yang ingin dicapainya. Jadi, hendaknya para guru membantu para peserta didik untuk memahami arah dan tujuannya.
d.      Prinsip ruang hidup (life space); perilaku individu memiliki hubungan dengan tempat dan lingkungan dia berada. Jadi, materi yang diajarkan harusnya berhubungan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan individu.
e.       Transfer dalam belajar; yaitu proses pemindahan pola tingkah laku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian objek dari satu konfigurasi ke konfigurasi lain dalam tata susunan yang tepat. Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah pada situasi lain.
C.    Tahapan Belajar
a.       Menurut Jerome S. Bruner
Menurut Burner, salah seorang penentang teori S-R Bond yang terbilang vokal (Barlow, 1985), dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga episode/ tahap, yaitu: 1) tahap informasi (tahap penerimaan materi); 2) tahap transformasi (tahap pengubahan materi); 3) tahap evaluasi (tahap penialain meteri).
b.       Menurut Arno F Wittig
Menurut Wittig (1981) dalam bukunya Psychology of learning, setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan yaitu: 1) acquisition (tahap perolehan/penerimaan informasi); 2) storage (tahap penyimpanan informasi); 3) retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi) Pada tingkatan acquisition seorang siswa mulai menerima informasi sebagai stimulus dan melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru. Pada tahap ini terjadi pila asimilasi antara pemahaman dengan perilaku baru dalam keseluruhan perilakunya.
D.    Model- Model Pengajaran
1)   Model Ekspositori
Metode ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach) (Wina Sanjaya, 2008:179). Dikatakan demikian, sebab guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui metode ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama metode ini adalah kemampuan akademik siswa (academic achievement student).
2)   Model Pemerosesan Informasi
Model ini berlandaskan teori belajar kognitif, yang dimana berorientasi pada kemampuan siswa memproses informasi dan sistem-sistem yang dapat memperbaiki kemampuannya. Menurut Oemar Hamalik (2011: 128-129) Pemrosesan informasi tersebut merujuk bagaimana cara-cara atau menerima informasi stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep-konsep, serta menggunakan simbol-simbol verbal dan non verbal. Kemudian menurut Syaiful sagala (2012,74) informasi yang diberikan dalam bentuk energy fisik tertentu (sinar untuk bahan tertulis, bunyi untuk bahan ucapan, tekanan untuk sentuhan, dll) diterima oleh reseptor yang peka terhadap tanda dalam bentuk-bentuk tertentu. Pada model ini, mengutamakan bagaimana membantu siswa agar mampu berpikir produktif, memecahkan masalah dengan kemampuan intelektual yang telah dimiliki oleh peserta didik
3)   Model inkuiri
model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran penemuan. Siswa akan dituntut untuk menemukan serta mencari jawaban atas suatu permasalahan yang tentunya dilakukan dengan cara sistematis, logis dan kritis dan dianalisis dengan perhitungan yang matang. Menyimak ulasana tersebut, model pembelajaran inkuiri jelas akan lebih menjadikan siswa untuk selalu terlibat dan banyak berdiskusi dalam penerapannya. Guru disini hanya menjadi seorang fasilitator selebihnya murid yang lebih berperan. Berkenaan dengan model pembelajaran inkuiri, ada 2 macam jenis model ini yaitu model pembelajaran inkuiri terbimbing dan model pembelajaran inkuiri terikat
4)   Model Projek
Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning = PBL) adalah metoda pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PBL) yang adalah model atau metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis Proyekdirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya.

Melalui Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PBL), proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBLmerupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik










BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1)   Prinsip Belajar adalah suatu hubungan yang terjadi antara peserta didik dengan pendidik agar siswa mendapat motivasi belajar yang berguna bagi dirinya sendiri. Dan juga, prinsip belajar dapat digunakan sebagai landasan berfikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi agar Proses Belajar dan Pembelajaran dapat berjalan dengan baik antara pendidik dan peserta didik.
2)   Implementasi belajar kognitif, pengalaman tilikan (insight), Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); Perilaku bertujuan (pusposive behavior); Prinsip ruang hidup (life space); Transfer dalam belajar.
3)   Tahapan- tahapan proses belajar
a.    Menurut Jerome S. Bruner
1)tahap informasi (tahap penerimaan materi); 2) tahap transformasi (tahap pengubahan materi); 3) tahap evaluasi (tahap penialain meteri).
b.      Menurut Arno F Wittig
1)acquisition (tahap perolehan/penerimaan informasi); 2) storage (tahap penyimpanan informasi); 3) retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi) Pada tingkatan acquisition seorang siswa mulai menerima informasi sebagai stimulus dan melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru.
4). Model- Model Pembelajaran
1)   Model Ekspositori
2)   Model Pemerosesan Maklumat
3)   Model inkuiri
4)   Model Projek
B.     Saran
            Sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran Aqidah Aklak penulis para pembaca makalah inidapat berkontribusi memberikan saran dan pendapatnya untuk memperbaiki agar lebih baik kedepannya.
C.    Rekomendasi
Adapun rekomendasi yang perlu penulis sampaikan kepada pihak-pihak terkait, berdasarkan hasil makalah yang penulis buat, adalah sebagai berikut:
1.        Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Musaddadiyah Garut, sebagai lembaga pendidikan Islam, maka dipandang perlu dalam memberikan pengarahan dan pembelajaran khusus mengenai pendidikan nilai, karena masalah dekadensi moral yang semakin marak. Sehingga dapat menjadi bekal yang sangat bermanfaat bagi mahasiswa.
2.        Lembaga pendidikan non formal seperti pesantren, sebagai lembaga pendidikan Islam non formal, maka dipandang perlu melakukan pengkajian mengenai pembelajaran Komunikasi Pembelajaran.















DAFTAR PUSTAKA
http://ainamulyana.blogspot.com/2016/06/model-pembelajaran-berbasis-proyek.html




 





Kesulitan Belajar





KESULITAN BELAJAR

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah

Komunikasi pembelajaran

Dosen Pengampu: Jumairi Ismanto, M.Pd





                                                     
                                                                                                                    






Oleh :
Hanipah Nurhasanah
NPM : 15210045



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AL-MUSADDADIYAH GARUT 2017
Jl. Mayor Syamsu No. 2 Tlp. (0262) 232334 Fax. ( 0262) 242017


BAB I


PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat urgen bagi pembangunan sumber daya manusia dan sumber daya alam, namun apa jadinya apabila dalam proses pendidikan tersebut banyak kendala seperti halnya kesulitan dalam belajar. Ketika seorang peserta didik mengalami kesulitan dalam belajar maka secara tidak langsung akan timbul pemahaman yang gagal sehingga tujuan pendidikan tidak terwujudkan. Dengan permaasalahan diatas sehingga penting adanya penulis membahas permasalahan diatas dalam makalah ini tentang”Kesulitan Belajar’’.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa definisi kesulitan belajar?
2.      Apa faktor- faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar?
3.      Bagaimana diagnosis kesulitan belajar?
4.      Bagaimaana alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar?

C.    TUJUAN MASALAH
1.      Untuk  Mengetahui definisi kesulitan belajar.
2.      Untuk Mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar.
3.      Untuk Mengetahui diagnosis kesulitan belajar.
4.      Untuk Mengetahui alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi Kesulitan Belajar
Beberapa pengertian kesulitan belajar yang didefenisikan oleh para ahli sebagai berikut:
Kesulitan belajar yang didefinisikan  oleh The United States Office of Education (USOE) yang dikutip oleh Abdurrahman (2003 : 06) menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ajaran atau tulisan.
Di samping defenisi tersebut, ada definisi lain yang yang dikemukakan oleh The National Joint Commite for Learning Dissabilites (NJCLD) dalam Abdurrahman (2003 : 07) bahwa kesulitan belajar menunjuk kepada suatu kelompok kesulitan yang didefenisikan dalam bentuk kesulitan nyata dalam kematian dan penggunan kemampuan pendengaran, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar atau kemampuan dalam bidang studi biologi
Sedangkan menurut Sunarta (1985 : 7) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kesulitan belajar adalah “kesulitan yag dialami oleh siswa-siswi dalam kegiatan belajarnya, sehingga berakibat prestasi belajarnya rendah dan perubahan tingkahlaku yang terjadi tidak sesuai dengan partisipasi yang diperoleh sebagaimana teman-teman kelasnya.
Berdasarkan definisi tersebut penulis simpilkan bahwa kesulitan belajar ialah suatu gangguan yang terjadi pada diri siswa baik secara psikologis maupun fisikologis, sehingga berakibat pada prestasi belajarnya.
B.     Faktor- Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
1.      Faktor Internal
a.      Intelegensi
Keberhasilan belajar serang anak ditentukan dari tinggi rendahnya tingkat kecerdasan yang dimilikinya, dimana seorang anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi cendrung akan lebih berhasil dalam belajarnya dibandingkan dengan anak yang intelegensinya rendah
b.      Minat
minat sangat diperlukan dalam belajar, karena minat itu sendiri sebagai pendorong dalam belajar dan sebaliknya anak yang kurang bermitat terhadap belajarnya akan cenderung mengalami kesulitan dalam belajarnya.
c.       Bakat
Bakat ini dapat menyebabkan kesulitan belajar, jika bakat ini kurang mendapatkan perhatian.
d.      Kepribadian
Faktor kepribadian dapat menyebabkan kesulitan belajar, jika tidak memperhatikan fase-fase perkembangan (kepribadian) seseorang.



2.      Faktor Exsternal
a.      Keluarga
Ada beberapa aspek yang dapat menimbulkan masalah kesulitan belajar seorang anak yaitu: a). Didikan orang tua yang keliru, b). Suasana rumah yang kurang aman dan kurang harmonis, c). Keadaan ekonomi orang tua yang lemah.
b.      Lingkungan Sekolah
            Lingkungan sekolah dapat menjadikan faktor yang mempengaruhi kesulitan belajarseperti:
1).   Cara penyajian pelajaran kurang baik.
2).    Hubungan guru dan murid kurang harmonis.
3).    Hubungan antara burid dengan murid itu sendiri tidak baik
4).    Bahan pelajaran yang disajikan tidak dimengerti siswa, dan
5).    Alat-alat pelajaran yang tersedia kurang memadai
c.       Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat yang dapat mempengaruhi kesulitan belajar adalah:
1. Mass Media, seperti bioskop, televisi, radio, surat kabar, majalah, komik
Corak Kehidupan tetangga, seperti orang terpelajar dan cendekiawan, tetangga yang suka berjudi, pencuri, peminum, dan sebagainya.

C.    Diagnosis Kesulitan Belajar
Diagnosis, merupakan istilah teknis (terminology) yang kita adobsi dari bidang medis, di dalam konsep diagnosis, secara implisip telah tersimpul pula konsep roknosisnya. Dengan demikian, di dalam pekerjaan diagnostik bukan hanya sekedar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan (predicting) kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.
Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan identifikasi  (upaya mengenali gejala) terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut. Upaya seperti ini disebut diagnosis yang bertujuan menetapkan jenis penyakit yaitu jenis kesulitan belajar siswa.
Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri atas langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya kesulitan belajar jenis tertentu yang dialami siswa. Prosedur seperti ini dikenal sebagai diagnostik kesulitan belajar.
Banyak langkah-langkah diagnostik yang dapat disentuh guru, antara lain yang cukup terkenal adalah prosedur Weener dan Senf ( 1982) sebagaimana yang dikutip Wardani (1991) sebagai berikut:
1. Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran
2. Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa, khususnya yang diduka mengal ami kesulitan belajar
3. Mewawancarai  orangtua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar
4. Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa.
5. Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan.
Secara umum, langkah-langkah terdebut di atas dapat dilakukan dengan mudah oleh guru kecuali lagkah ke-5 (tes IQ). Untuk keperluan tes IQ, guru dan orangtua siswa dapat berhubungan langsung dengan klinik psikologi. Adapun untuk mengatasi kesulitan belajar siswa mengidap sindrom disleksia (ketidakmampuan belajar membaca), disgrafia (ketidakmampuan belajar menulis), diskalkulia (ketidakmampuan belajar matematika), guru dan orangtua sangat dianjurkan untuk memanfaatkan support teacher (guru pendukung).Guru khusus ini biasanya bertugas menangani para siswa mengidap sindrom-sindrom tadi di samping melakukan remedial teaching (pengajaran perbaikan).

D.    Alternatif Pemecahan Masalah Kesulitan Belajar
Banyak cara / alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswanya. Akan tetapi, sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting sebagai berikut:
1. Menganalisis hasil diagnosis, yaitu menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antar bagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
2. Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan kebaikan.
3. Menyusun progam perbaikan, khususnya progam remedial teaching (pengajaran perbaikan).
4. Melaksanakan progam perbaikan yang telah tersusun.
a. Menganalisis hasil diagnosis
b. Menentukan kecakapan bidang permasalahan
Bidang-bidang kecakapan bemasalah ini dapat dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu:
1. bidang kecakapan bemasalah yang dapat ditangani oleh guru sendiri
2. bidang kecakapan bemasalah yang dapat ditangani oleh guru dan bantuan orang   
    tua
3. bidang kecakapan bemasalah yang tidak dapat ditangani baik oleh guru maupun orang tua
c. Menyusun progam perbaikan
Dalam hal menyusun progam pengajaran perbaikan (remedial teaching), sebelumnya guru perlu menetapkan hal-hal sebagai berikut:
1.      Tujuan remedial teaching
2.      Materi remedial teaching
3.      Metode remedial teaching
4.      Alokasi waktu remedial teaching
5.      Evaluasi kemajuan siswa setelah mengikuti progam remedial teaching
d. Melaksanakan progam perbaikan.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
penulis simpilkan bahwa kesulitan belajar ialah suatu gangguan yang terjadi pada diri siswa baik secara psikologis maupun fisikologis, sehingga berakibat pada prestasi belajarnya.
Faktor- faktor penyebab kesulitan belajar terdiri dari dua macam 1. Faktor internal yaitu; intelegensi, minat, bakat dan kepribadian. 2. Faktor external yaitu; keluarga, sekolah, masyarakat.
Diagnosis kesulitan belajar iyalah prosedur atau langkah- langkah yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui kesulitan belajar. Sedangkan alternaatif ialah cara yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kesulitan belajar siswa. 
B.     Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khusunya untuk penulis dan pembaca. Tidak lupa untuk memperbaiki isi makalah kami berkenan memberikan masukan untuk memperbaiki  dikemudian hari.




DAFTAR PUSTAKA
http://evimuzaiyidah.blogspot.co.id/2015/03/diagnosis-dan-alternatif-kesulitan.html