PERINSIP BELAJAR KOGNITIF
MAKALAH
Diajukan Untuk
Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah
“Komunikasi pembelajaran”
Dosen Pengampu: Jumairi Ismanto, M.Pd
Oleh :
Hanipah Nurhasanah
NPM : 15210045
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AL-MUSADDADIYAH GARUT 2017
Jl. Mayor Syamsu No. 2 Tlp. (0262) 232334 Fax. ( 0262) 242017
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Belajar
adalah suatu proses perubahan prilaku yang muncul karena pengalaman. Belajar
bukan hanya meningkatkan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami, hasil belajar bukan
suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan, kegiatan belajar
dapat di hayati (dialami) oleh orang yang sedang belajar dan juga dapat diamati
oleh orang lain.
Pembelajaran
adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang
berisi srangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk
mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa. Untuk menciptakan
dan menghasilkan kegiatan belajar dan pembelajaran yang berprestatif dan
menyenangkan, perlu di ketahui berbagai landasan yakni prinsip-prinsp maupun
teori belajar.
Prinsip
belajar adalah landasan berpikir, landasa berpijak dan sumber motifasi agar
proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan
peserta didik.
Prinsip
ini dijadikan sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa maupun
bagi guru dalam upaya mencapai hasil yang diinginkan.
A.
RUMUSAN MASALAH
Dari latar
belakang di atas maka dapat disimpulkan beberapa poin rumusan masalah
diantaranya, yaitu:
1.
Apa yang dimaksud dengan prinsip belajar?
2.
Bagaimanakah implementasi belajar kognitif?
3.
Apa saja tahapan-tahapan dalam belajar?
4.
Apa saja model-model pengajaran?
B.
TUJUAN MASALAH
1. Untuk Mengetahui prinsip belajar.
2. Untuk Mengetahui implementasi
belajar kognitif.
3. Untuk Mengetahui tahapan-tahapan
dalam belajar.
4. Untuk Mengetahui model-model pengajaran.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Prinsip
Belajar
Prinsip
Belajar adalah suatu hubungan yang terjadi antara peserta didik dengan pendidik
agar siswa mendapat motivasi belajar yang berguna bagi dirinya sendiri. Dan
juga, prinsip belajar dapat digunakan sebagai landasan berfikir, landasan
berpijak, dan sumber motivasi agar Proses Belajar dan Pembelajaran dapat berjalan
dengan baik antara pendidik dan peserta didik.
Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan
perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman,
pengulangan, tantangan, balikan atau penguatan, serta perbedaan individual.
(Dimyati dan Mudjiono, 2002:42)
1. Perhatian dan Motivasi
Perhatian
terhadap belajar akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan
kebutuhannya. Motivasi mempunya peranan penting dalam kegiatan belajar.
Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang.
Motivasi mempunyai kaitan erat dengan minat.
2. Keaktifan
Dalam
setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Mulai dari kegiatan
fisik yang berupa membaca, menulis, mendengarkan, berlatih ketermapilan hingga
kegiatan psikis seperti memecahkan masalah, menyimpulkan hasil percobaan,
membandingkan satu konsep dengan konsep yang lain, dan sebagainya.
3. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Pentingnya
keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh Jhon Dewey dengan
“learning by doing”-nya. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung.
Belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif, baik individual amupun
kelompok dengan cara memecahkan masalah. Guru bertindak sebagai fasilitator dan
pembimbing.
4. Pengulangan
Thorndike
mengemukakan bahwa belajar adalah pembentukkan antara stimulus dan respon, dan
pengulangan terhadap pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respon benar.
5. Tantangan
Teori
Medan dati Kurt Lewin mengemukakan bahawa siswa dalam situasi belajar barada
dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa
menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan
yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan
itu, yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut.
6.
Balikan dan Penguatan
Siswa
akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.
Hasil yang baik akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik
bagi usaha belajar selanjutnya, siswa belajar dengan sungguh-sungguh dan
mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak
untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operant
conditioning atau penguatan positif.
7. Perbedaan Individual
Perbedaan
individual berpengaruh terhadap cara dan hasil belajar siswa. Karenanya,
perbedaan individual perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran.
B. Implementasi Belajar
Kognitif
Dalam
proses belajar mengajar diperlukan cara yang tepat untuk mendapatkan hasil
belajar yang maksimal. Berikut adalah aplikasi teori belajar kognitif menurut
teori gestalt dalam proses pembelajaran:
a.
Pengalaman tilikan (insight);
Tilikan bisa disebut juga pemahaman mengamati. Dalam proses belajar, hendaknya
peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu mengenal keterkaitan unsur-unsur
suatu objek atau peristiwa.
b.
Pembelajaran yang bermakna
(meaningful learning); dalam hal ini unsur-unsur yang bermakna akan sangat
menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Hal ini akan sangat
bermanfaat dan membantu peserta dalam menangani suatu masalah. Jadi, hal-hal
yang dipelajari para peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis
dengan proses kehidupannya.
c.
Perilaku bertujuan (pusposive
behavior);suatu perilaku akan terarah pada tujuan. Proses pembelajaran akan
berjalan efektif jika para peserta didik mengerti tujuan yang ingin dicapainya.
Jadi, hendaknya para guru membantu para peserta didik untuk memahami arah dan
tujuannya.
d.
Prinsip ruang hidup (life space);
perilaku individu memiliki hubungan dengan tempat dan lingkungan dia berada.
Jadi, materi yang diajarkan harusnya berhubungan dengan situasi dan kondisi
lingkungan kehidupan individu.
e.
Transfer dalam belajar; yaitu
proses pemindahan pola tingkah laku dalam situasi pembelajaran tertentu ke
situasi lain. Transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian objek
dari satu konfigurasi ke konfigurasi lain dalam tata susunan yang tepat.
Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap
prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk
kemudian digunakan dalam memecahkan masalah pada situasi lain.
C. Tahapan Belajar
a.
Menurut Jerome S. Bruner
Menurut Burner, salah seorang penentang teori S-R Bond yang terbilang
vokal (Barlow, 1985), dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga episode/
tahap, yaitu: 1) tahap informasi (tahap penerimaan materi); 2) tahap
transformasi (tahap pengubahan materi); 3) tahap evaluasi (tahap penialain
meteri).
b.
Menurut Arno F Wittig
Menurut Wittig (1981) dalam bukunya Psychology of learning, setiap proses
belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan yaitu: 1) acquisition (tahap
perolehan/penerimaan informasi); 2) storage (tahap penyimpanan informasi); 3)
retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi) Pada tingkatan acquisition
seorang siswa mulai menerima informasi sebagai stimulus dan melakukan respons
terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru. Pada tahap ini
terjadi pila asimilasi antara pemahaman dengan perilaku baru dalam keseluruhan
perilakunya.
D.
Model- Model Pengajaran
1)
Model Ekspositori
Metode ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang
berorientasi kepada guru (teacher centered approach) (Wina Sanjaya,
2008:179). Dikatakan demikian, sebab guru memegang peran yang sangat dominan.
Melalui metode ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur
dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa
dengan baik. Fokus utama metode ini adalah kemampuan akademik siswa (academic
achievement student).
2)
Model Pemerosesan Informasi
Model ini berlandaskan teori belajar kognitif, yang dimana berorientasi
pada kemampuan siswa memproses informasi dan sistem-sistem yang dapat
memperbaiki kemampuannya. Menurut Oemar Hamalik (2011: 128-129) Pemrosesan
informasi tersebut merujuk bagaimana cara-cara atau menerima informasi stimuli
dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep-konsep,
serta menggunakan simbol-simbol verbal dan non verbal. Kemudian menurut Syaiful
sagala (2012,74) informasi yang diberikan dalam bentuk energy fisik tertentu
(sinar untuk bahan tertulis, bunyi untuk bahan ucapan, tekanan untuk sentuhan,
dll) diterima oleh reseptor yang peka terhadap tanda dalam bentuk-bentuk
tertentu. Pada model ini, mengutamakan bagaimana membantu siswa agar mampu
berpikir produktif, memecahkan masalah dengan kemampuan intelektual yang telah
dimiliki oleh peserta didik
3)
Model inkuiri
model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran penemuan. Siswa akan
dituntut untuk menemukan serta mencari jawaban atas suatu permasalahan yang
tentunya dilakukan dengan cara sistematis, logis dan kritis dan dianalisis
dengan perhitungan yang matang. Menyimak ulasana tersebut, model pembelajaran
inkuiri jelas akan lebih menjadikan siswa untuk selalu terlibat dan banyak
berdiskusi dalam penerapannya. Guru disini hanya menjadi seorang fasilitator
selebihnya murid yang lebih berperan. Berkenaan dengan model pembelajaran
inkuiri, ada 2 macam jenis model ini yaitu model pembelajaran inkuiri
terbimbing dan model pembelajaran inkuiri terikat
4)
Model Projek
Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning =
PBL) adalah metoda pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media.
Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan
informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Pengertian Model
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PBL) yang adalah model
atau metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam
mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya
dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis Proyekdirancang untuk
digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam
melakukan insvestigasi dan memahaminya.
Melalui Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PBL),
proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding
question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang
mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan
terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama
sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya.
PjBLmerupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini
akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1)
Prinsip Belajar adalah suatu
hubungan yang terjadi antara peserta didik dengan pendidik agar siswa mendapat
motivasi belajar yang berguna bagi dirinya sendiri. Dan juga, prinsip belajar
dapat digunakan sebagai landasan berfikir, landasan berpijak, dan sumber
motivasi agar Proses Belajar dan Pembelajaran dapat berjalan dengan baik antara
pendidik dan peserta didik.
2)
Implementasi belajar kognitif,
pengalaman tilikan (insight),
Pembelajaran yang bermakna (meaningful
learning); Perilaku bertujuan (pusposive behavior); Prinsip ruang hidup (life space); Transfer dalam
belajar.
3)
Tahapan- tahapan proses belajar
a.
Menurut Jerome S. Bruner
1)tahap informasi (tahap penerimaan materi); 2) tahap
transformasi (tahap pengubahan materi); 3) tahap evaluasi (tahap penialain meteri).
b.
Menurut Arno F Wittig
1)acquisition (tahap perolehan/penerimaan informasi); 2) storage
(tahap penyimpanan informasi); 3) retrieval (tahap mendapatkan kembali
informasi) Pada tingkatan acquisition seorang siswa mulai menerima informasi
sebagai stimulus dan melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan
pemahaman dan perilaku baru.
4). Model- Model Pembelajaran
1)
Model Ekspositori
2)
Model Pemerosesan Maklumat
3)
Model inkuiri
4)
Model Projek
B.
Saran
Sebagai
upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran Aqidah Aklak penulis para pembaca
makalah inidapat berkontribusi memberikan saran dan pendapatnya untuk
memperbaiki agar lebih baik kedepannya.
C.
Rekomendasi
Adapun
rekomendasi yang perlu penulis sampaikan kepada pihak-pihak terkait,
berdasarkan hasil makalah yang penulis buat, adalah sebagai berikut:
1.
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI)
Al-Musaddadiyah Garut, sebagai lembaga pendidikan Islam, maka dipandang perlu
dalam memberikan pengarahan dan pembelajaran khusus mengenai pendidikan nilai,
karena masalah dekadensi moral yang semakin marak. Sehingga dapat menjadi bekal
yang sangat bermanfaat bagi mahasiswa.
2.
Lembaga pendidikan non formal
seperti pesantren, sebagai lembaga pendidikan Islam non formal, maka dipandang
perlu melakukan pengkajian mengenai pembelajaran Komunikasi Pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
http://ainamulyana.blogspot.com/2016/06/model-pembelajaran-berbasis-proyek.html