BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS,
yakni: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan definisi di atas, penulis
menemukan 3 (tiga) pokok pikiran utama yang terkandung di dalamnya, yaitu: (1)
usaha sadar dan terencana; (2) mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya; dan (3)
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan poin ke tiga di atas, bahwa perlu
diketahui pembelajaran Aqidah Akhlak harus diterapkan di sekolah agar semua
siswa mampuh mengaplikasikan keimanan dan amaliah sehari – harinya sesuai
dengan ajaran agama islam yang benar
agar terhindar dari perilaku kenakalan remaja yang marak terjadi di zaman
sekarang.
Berdasarkan permasalahan di atas, penting bagi penulis untuk memaparkan
lebih lanjut mengenai permasalahan yang di tuangkan dengan judul makalah
mengenai “Pengertian, Karakteristik, Tujuan,
dan Ruang Lingkup Pembelajaran Aqidah Akhlak di MI, MTs, dan MA”.
B. Rumusan masalah
Dari
latar belakang di atas, maka penulis uraikan beberapa rumusan masalah antara
lain sebagai berikut:
1.
Apa pengertian pembelajaran
Aqidah Akhlak?
2.
Apa karakteristik
pembelajaran Aqidah Akhlak?
3.
Apa tujuan
pembelajaran Aqidah Akhlak?
4.
Apa ruang
lingkup pembelajaran Aqidah Akhlak di MI, MTs, dan MA?
5.
Apa
problematika pembelajaran Aqidah Akhlak ddi MI, MTs, dan MA?
C. Tujuan
penulisan
Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.
Untuk
mengetahui pembelajaran Aqidah Akhlak.
2.
Untuk
mengetahui pembelajaran Aqidah Akhlak.
3.
Untuk
mengetahui pembelajaran Aqidah Akhlak.
4.
Untuk
mengetahui pembelajaran Aqidah Akhlak di MI, MTs, dan MA.
5. Untuk mengetahui problematika pembelajaran aqidah akhlak ddi MI,
MTs, dan MA.
D. Manfaat Penulisan
Adapun hasil dari
penelitian ini diharapakan memperoleh manfaat sebagai berikut :
1. Teoritis
Manfaat dari
hasil penelitian tersebut diharapkan dapat menambah wawasan, pengatahuan dan
referensi dalam rangka pengembangan keilmuan
Agama dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian khususnya yang
berhubungan dengan Proses Pembelajaran.
2. Praksis
Bagi
Sekolah Tinggi Agama Islam, hasil makalah ini dapat dijadikan pedoman
oleh calon guru (Mahasiswa) dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
E. Sistematika penulisan
Sistematika
penulisan yang dipaparkan dalam makalah ini adalah terdiri dari: Bab 1.
Pendahuluan: terdiri dari Latar Belakang masalah; Rumusan Masalah; Tujuan
Penulisan; Methode Penulisan dan Sistematika Penulisan;. Bab II. Pembahasan:
terdiri dari pengertian, karakteristik,dan tujuan pembelajaran aqidah akhlak
serta ruang lingkup dan problematika pembelajaran aqidah akhlak di MI, MTs, dan
MA. Bab III. Analisi. Bab IV Terdiri dari Kesimpulan; Saran; dan rekomendasi;.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran Aqidah
Akhlak
1.
Pengertian
Pembelajaran
Pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar
dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan
tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata
lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik.
Pembelajaran
adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang
berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk
mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat
internal. Gagne dan Briggs (1979:3). Lebih lanjut, Gagne (1985) mengemukakan
teorinya lebih lengkap dengan mengatakan bahwa pembelajaran dimaksudkan untuk
menghasilkan belajar, situasi eksternal harus dirancang sedemikian rupa untuk
mengaktifkan, mendukung, dan mempertahankan proses internal yang terdapat dalam
setiap peristiwa belajar.
Berdasarkan
uraian di atas, dapat memberikan pemahaman bahwa pembelajaran adalah penciptaan
suasana belajar yang diperankan oleh pendidik dengan serangkaian rencana
belajar yang melibatkan pendidik itu sendiri, peserta didik dan sumber belajar
sehingga terjadi pentransferan ilmu dan perubahan pada peserta didik baik segi
avektif, kognitif dan psikomotorik.
2.
Aqidah dan Akhlak
Aqidah Akhlak merupakan dua pembahasan yang berbeda tetapi
keduanya satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan saling berkaitan. Aqidah
membahas tentang keyakinan, sedangkan Akhlak membahas tentang perbuatan.
Dalam bahasa Arab aqidah berasal
dari kata al-‘aqdu yang berarti ikatan, at-tautsiiqu yang berarti kepercayaan
atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan
ar-rabthu biquw-wah yang berarti mengikat dengan kuat.
Sedangkan menurut istilah (terminologi): ‘aqidah adalah iman yang teguh
dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya.
Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh
suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Akhlak
merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti
perangai, tingkah laku, atau tabiat.
Berdasarkan pengertian di atas
penulis simpulkan bahwa pembelajaran Aqidah Akhlak adalah proses perubahan tingkah
laku maupun pengetahuan antara guru dan peserta didik di dalam kelas yang di
dalamnya ada materi pelajaran Aqidah Akhlak. Secara subtansial pembelajaran
Aqidah Akhlak memberikan motivasi kepada peserta didik untuk memahami dan
mengimplementasikan keimanannya sehingga terbentuk peribadi yang berakhlakul
karimah.
B.
Karakteristik
Pembelajaran Aqidah Akhlak
Setiap
materi memiliki karakteristik tertentu yang dapat membedakannya materi
pelajaran agama aspek lainnya. Adapun
karakteristik materi Aqidah dan Akhlaq adalah sebagai berikut:
1.Pembelajaran Aqidah dan Akhlaq
merupakan materi yang dikembangkan dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam
agama Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits.
2. Prinsip-prinsip dasar Aqidah adalah
keimanan atau keyakinan yang tersimpul dan terhujam kuat di dalam lubuk jiwa
atau hati manusia yang diperkuat dengan dalil-dalil naqli, aqli, dan wijdani
atau perasaan halus dalam meyakini dan mewujudkan rukun iman yang enam yaitu,
iman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir,
dan iman kepada takdir. Prinsip-prinsip
Akhlaq adalah pembentukan sikap dan kepribadian seseorang agar berakhlak mulia
atau Akhlaq Al-Mahmudah dan mengeliminasi akhlak tecela atau akhlak
Al-Madzmumah sebagai manifestasi akidahnya dalam perilaku hidup seseoran g
dalam berakhlak kepada Allah dan Rasul-Nya, kepada diri sendiri, kepada sesama
manusia, dan kepada alam serta makhluk lain.
3. Materi Aqidah dan Akhlaq merupakan
salah satu rumpun materi pembelajaran agama di madrasah (Al-Qur’an Hadits,
Aqidah Akhlaq, Syari’ah/Fiqih Ibadah Muamalah dan Sejarah Kebudayaan Islam)
yang secara integratif menjadi sumber nilai dan landasan moral spiritual yang
kokoh dalam pengembangan keilmuan dan kajian keislaman, termasuk kajian Aqidah
dan Akhlaq yang terkait dengan ilmu dan teknologi serta seni dan budaya.
4. Materi Aqidah dan Akhlaq tidak hanya
mengantarkan peserta didik untuk menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang
Aqidah dan Akhlaq dalam ajaran Islam, melainkan yang terpenting adalah
bagaimana peserta didik dapat mengamalkan Aqidah dan Akhlaq itu dalam kehidupan
sehari-hari. Materi Aqidah dan Akhlaq menekankan keutuhan dan keterpaduan
antara pengetahuan, sikap, dan perilaku atau lebih menekankan pembentukan ranah efektif dan psikomotorik
yang dilandasi oleh ranah kognitif.
5.Tujuan materi Aqidah dan Akhlaq adalah
untuk membentuk peserta didik beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta
memiliki akhlaq mulia. Tujuan inilah
yang sebenarnya merupakan misi utama diutusnya Nabi Muhammad SAW, untuk
memperbaiki akhlak manusia. Dengan
demikian, pembelajaran Aqidah dan Akhlaq merupakan jiwa pembelajaran agama
Islam. Mengembangkan dan membangun akhlak yang mulia merupakan tujuan
sebenarnya dalam setiap pelaksanaan pembelajaran. Sejalan dengan tujuan itu maka semua materi
atau bidang studi yang diajarkan kepada peserta didik haruslah memuat
pembelajaran akhlak dan oleh karena itu setiap guru mengemban tugas menjadikan
dirinya dan peserta didiknya berakhlak mulia.
C.
Tujuan
Pembelajaran Aqidah Akhlak
Pendidikan Aqidah dan Akhlaq adalah
upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati dan mengimani Allah dan merealisasikannya dalam perilaku
Akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan. Dalam kehidupan
masyarakat yang majemuk dalam bidang keagamaan, pendidikan ini juga diarahkan
pada peneguhan aqidah di satu sisi dan peningkatan toleransi serta saling
menghormati dengan penganut agama lain dalam rangka mewujudkan kesatuan dan
persatuan bangsa.
Mata pelajaran Aqidah-Akhlaq
bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang
diwujudkan dalam Akhlaqnya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan
pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang
Aqidah dan Akhlaq Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang
dan meningkat kualitas keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT serta
berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
D.
Ruang Lingkup Pembelajaran Aqidah
Akhlak di MI, MTs, dan MA
Mata
pelajaran Akidah Akhlak
di Madrasah Ibtidaiyah
berisi pelajaran yang dapat
mengarahkan kepada pencapaian
kemampuan dasar peserta
didik untuk dapat
memahami rukun iman
dengan sederhana serta
pengamalan dan pembiasaan
berakhlak Islami secara sederhana
pula, untuk dapat
dijadikan perilaku dalam
kehidupan sehari - hari serta
sebagai bekal untuk
jenjang pendidikan berikutnya.
Ibn Maskawaih menyebut ada tiga hal pokok yang dapat
dipahami sebagai materi sebagai materi pendidikan akhlak, yaitu:
a.
Hal-hal yang wajib bagi kebutuhan tubuh.
b.
Hal-hal yang wajib bagi jiwa.
1)
c.
Hal-hal yang wajib sebagai hubungannya Ruang
lingkup mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah meliputi:
a. Aspek akidah (keimanan) meliputi:
1) Kalimat thayyibah sebagai materi
pembiasaan, meliputi: Laa ilaaha illallaah, basmalah, alhamdulillah,
subhanallah, Allahu Akbar, ta’awudz, maasya Allah, assalamu’alaikum, salawat,
tarji’, laa haula walaa quwwata illa billah, dan istighfar.
2) Al-asma’ al-husna sebagai materi
pembiasaan, meliputi: al-Ahad,
al-Kha liq, ar-Rahman,
ar-Rahiim, as-Sami’, ar-Razzaaq,
al-Mughnii, al-Hamid, asy-Sakuur,
al-Qudduus, ash-Shamad, al-Muhaimin, al-‘Azhiim, al-Kariim,
al-Kabiir, al-Malik, al-Bathiin,
al-Walii, al-Mujiib, al-Wahhab,
al-‘Aliim, ash-Zhaahir,
ar-Rasyiid, al-Haadi, as-Salaam,
al-Mu’min, al-Latiif, al-Baaqi,
al-Bashiir, al-Muhyi, al-Mumiit,
al-Qawii, al-Hakiim, al-Jabbaar,
al-Mushawwir, al-Qadiir, al-Ghafuur,
al-Afuww, ash-Shabuur, dan
al-Haliim.
3) Iman kepada Allah dengan pembuktian
sederhana melalui kalimat tayyibah, al-asma’ al-husna dan
pengenalan terhadap shalat
lima waktu sebagai manifestasi iman kepada Allah.
4) Meyakini rukun iman (iman
kepada Allah, Malaikat - malaikat-Nya, Kitab - kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, dan
Hari akhir serta Qada
dan Qadar Allah).
b. Aspek akhlak meliputi:
1) Pembiasaan akhlak
karimah (mahmudah) secara
berurutan disajikan pada tiap
semester dan jenjang kelas,
yaitu: disiplin, hidup
bersih, ramah, sopan - santun, syukur
nikmat, hidup sederhana,
rendah hati, jujur,
rajin, percaya diri,
kasih sayang, taat,
rukun, tolong-menolong, hormat
dan patuh, sidik,
amanah, tablig, fathanah,
tanggung jawab, adil,
bijaksana, teguh pendirian,
dermawan, optimis, qana’ah, dan
tawakal.
2) Mengindari akhlak tercela (madzmumah) secara
berurutan disajikan pada tiap semester dan jenjang kelas, yaitu: hidup kotor,
berbicara jorok/kasar, bohong, sombong, malas, durhaka, khianat, iri, dengki,
membang kang, munafik, hasud, kikir, serakah, pesimis, putus asa, marah, fasik,
dan murtad.
c. Aspek adab Islami, meliputi:
1) Adab terhadap diri sendiri, yaitu: adab
mandi, tidur, buang air besar / kecil, berbicara, meludah,
berpakaian, makan, minum,
bersin, belajar, dan
bermain.
2) Adab terhadap Allah, yaitu: adab di masjid,
mengaji, dan beribadah.
3) Adab kepada sesama, yaitu: kepada orang tua,
saudara, guru, teman, dan tetangga.
4) Adab
terhadap lingkungan, yaitu: kepada binatang
dan tumbuhan, di
tempat umum, dan di jalan.
d. Aspek kisah teladan.
Aspek dari kisah teladan
meliputi: Kisah Nabi
Ibrahim mencari Tuhan,
Nabi Sulaiman dengan tentara semut, masa kecil Nabi Muhammad
SAW, masa remaja
Nabi Muhammad SAW,
Nabi Ismail, Kan’an, kelicikan
saudara-saudara Nabi Yusuf AS,
Tsa’labah, Masithah, Ulul
Azmi, Abu Lahab,
Qarun, Nabi Sulaiman dan umatnya,
Ashabul Kahfi, Nabi Yunus,
dan Nabi Ayub.
Materi kisah-kisah teladan ini
disajikan sebagai penguat
terhadap isi materi, yaitu
akidah dan akhlak, sehingga tidak ditampilkan
dalam Standar Kompetensi,
tetapi ditampilkan dalam
Kompetensi Dasar dan
Indikator.
dengan sesama manusia.
2) Ruang
lingkup Kurikulum Pendidikan Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah
Aliyah adalah sebagai berikut:
a.
Aspek
aqidah terdiri atas keimanan kepada sifat wajib, mustahil dan jaiz Allah,
keimanan kepada kitab Allah, Rasul Allah, sifat-sifat dan mukjizatnya dan hari
akhir.
b.
Aspek
Akhlak terpuji yang terdiri dari atas khauf, taubat, tawadlu’, ikhlas,
bertauhid, inovatif, kreatif, percaya diri, tekad yang kuat, ta’aruf, ta’awun,
tafahum, tasamuh, jujur, adil, amanah, menepati janji dan bermusyawarah.
c.
Aspek
akhlak tercela meliputi kufur, syirik, munafik, namimah dan ghibah.
E.
Problematika Pembelajaran Aqidah
Akhlak di MI, MTs, dan MA
Terdapat beberapa contoh yang dapat
dipaparkan dalam makalah ini, tentang pengalaman wawancara kami dengan guru
Aqidah Akhlak di MI Miftahul Huda Tondomulyo Jakenan Pati yang terletak Kecamatan
Jakenan,
Kabupaten Pati, Jawa Tengah di, MTs Al- Khairiyah Jl.
H. Naimun, RT.2/RW.11, Pd. Pinang, Kby. Lama, Kota Jakarta Selatan dan MA Persis 19 Bentar JL.
Guntur, RT 008/04, Paminggir, Garut Kota, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Hasil wawancara tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut:
a.
Problematika
Pembelajaran Akidah Akhlak di MI Miftahul Huda Tondomulyo Jakenan Pati Kecamatan Jakenan,
Kabupaten Pati, Jawa Tengah
Problematika
pembelajaran akidah akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda Tondomulyo
Jakenan Pati diantaranya yaitu:
1)
Problematika
pada guru
Setiap guru seharusnya dapat mengajar di depan kelas. Dalam
buku belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya mengemukakan tanggung jawab guru cukup banyak yaitu meliputi
hal-hal berikut ini:
a. Memberi bantuan kepada siswa
dengan menceritakan sesuatu yang baik, yang dapat menjamin kehidupannya.
b. Memberikan jawaban langsung pada
pertanyaan yang diminta oleh siswa.
c. Memberikan kesempatan untuk
berpendapat.
d. Memberikan evaluasi.
e. Memberikan kesempatan
menghubungkan dengan pengalamannya sendiri.
2)
Problematika
pada sistem pengelolaan kelas dan metode pembelajaran.
Problematika yang dihadapi berikutnya adalah yang berkaitan
dengan sistem pengelolaan dan metode pengajaran. System pengelolaan yang
diterapkan oleh sebuah lembaga pendidikan terkadang mendatangkan problematika
tersendiri. Sistem pengelolaan terhadap sebuah lembaga atau yang penulis
katakan dengan management merupakan hal yang tidak kalah pentingnya. Bagaimana pemimpin
lembaga tersebut mengelola lembaganya merupakan salah satu hal yang juga akan
ikut mempengaruhi terhadap perjalanan pendidikan.
Pemimpin lembaga seharusnya dapat memanajemen dengan baik
semua komponen yang ada agar dapat menjadi satu kesatuan yang utuh.
Mengusahakan keserasian antara kegiatan tiap orang dan tiap pihak demi mencapai
sasaran dan tujuan bersama atau yang disebut dengan koordinasi merupakan inti
manajemen.
Dengan adanya manajemen yang baik dari seorang pemimpin maka
diharapkan perjalanan pendidikan pada lembaga tersebut dapat berjalan dengan
baik dan sesuai dengan apa yang diinginkan. Dengan seperti itu maka
problematika yang berkaitan dengan manajemen akan dapat di minimalisir. Selain
problematika yang berkaitan dengan pengelolaan juga ada problematika yang
berkaitan dengan metode pengajaran. Terkadang metode yang diterapkan oleh guru
tidak cocok bagi siswa dan siswa tidak dapat menangkap pelajaran dengan baik.
Masih amat banyak guru yang belum memahami metode yang bagaimana yang harus ia
terapkan dalam menyampaikan suatu materi.
Sebelum menerapkan metode yang akan diterapkan seharusnya
guru memahami tugas pokoknya. Dengan mengetahui tugas pokoknya maka guru akan
memiliki tanggung jawab yang besar dan berusaha melaksanakan tugasnya dengan
baik. Dalam buku Wawasan Tugas Tenaga Guru dan Pembina Pendidikan Agama Islam
Drs. Hadirja Paraba menyampaikan tugas pokok guru antara lain:
a. Mengajar
b. Mendidik
c. Melatih
d. Menilai atau mengevaluasi
Dengan mengetahui tugas pokok seperti di atas tentunya guru
akan berpikir apa yang harus dilakukan sebagai pelaksanaan tugas pokoknya.
Dalam hal mengajar yang efektif ini Drs. Slameto dalam bukunya Belajar dan
Faktor-faktor yang mempengaruhinya juga menyampaikan syarat-syarat bagi
mengajar yang efektif. Beliau menyampaikan untuk melaksanakan mengajar yang
efektif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut:
a. Belajar secara aktif baik mental maupun fisik.
b. Guru harus mempergunakan banyak metode pada waktu
mengajar.
c. Motivasi, guru hendaknya memberikan motivasi yang tepat
bagi anak.
d. Kurikulum yang baik dan seimbang.
e. Guru perlu mempertimbangkan perbedaan individual.
f. Selalu membuat perencanaan sebelum mengajar.
g. Sugesti yang kuat akan merangsang siswa untuk rajin
belajar.
h.Guru memiliki keberanian menghadapi siswa-siswanya.
i. Guru dapat menciptakan suasana
yang demokratis di sekolah.
j.Dalam
penyampaian materi guru perlu memberikan permasalahan yang merangsang anak
untuk berfikir.
k. Pelajaran yang diberikan pada siswa perlu diintegrasikan.
l. Pelajaran di sekolah dihubungkan dengan kehidupan nyata
di masyarakat.
m. Guru memberikan kebebasan pada
siswa untuk dapat menyelidiki sendiri, mengamati sendiri, belajar sendiri,
memecahkan masalah sendiri.
n. Pengajaran remedial untuk mengulangi apa yang pernah
disampaikan.
Dengan berbagai macam hal diatas, apabila dapat diterapkan
dengan baik maka proses pengajaran akan berjalan dengan baik dan efektif. Guru
juga dapat menentukan metode pengajaran yang sesuai dengan mata pelajaran yang
disampaikanya.
3)
Problematika
pada anak didik
Problematika
yang selanjutnya adalah problematika yang dihadapi oleh anak didik atau siswa.
Siswa juga mengalami banyak problem dalam belajarnya. Ada hal-hal yang dapat
mempengaruhi belajar siswa, yang secara umum ada dua faktor yang
mempengaruhinya yaitu faktor intern dan ekstern.
b.
Madrasah Tsanawiyah Al-Khariyah Jl. H. Naimun,
RT.2/RW.11, Pd. Pinang, Kby. Lama, Kota Jakarta Selatan
Faktor
Penghambat dan Penunjang dalam Peningkatan Motivasi Belajar
Berdasarkan
wawancara yang peneliti lakukan dengan guru mata pelajaran Akidah Akhlak pada
tanggal 21 November 2013, beliau menyatakan bahwa:“ Faktor penghambat dan
penunjang sebenarnya tergantung pada siswa. Saya berusaha memberikan motivasi
tetapi diri siswa tidak termotivasi ya usaha saya memberikan motivasi tidak ada
gunanya. Ini biasanya terjadi pada siswa yang nakal mereka cuek dan acuh tidak
hanya mata pelajaran saya tapi hampir pada semua mata pelajaran. Siswa yang
termotivasi ini karena dalam dirinya itu sudah ada yang mendorongnya mereka
ingin bersaing dengan temannya sehingga ia ingin menunjukkan yang paling baik”.
Untuk lebih menguatkan peneliti melakukan crosscheck dengan
siswa sebagai informan. Peneliti melakukan wawancara dengan Indah Putri Rahayu
salah satu siswa kelas VIII/A. Dalam interview yang peneliti lakukan dia
mengemukakan:
“Bu
Millah sering memberikan motivasi kepada siswa, tetapi siswa yang nakal jarang
memperhatikan guru. Dia tidak peduli dengan mata pelajaran Akidah Akhlak
walaupun ibu sering memberi hukuman. Tidak mata pelajaran Akidah Akhlak saja
pelajaran-pelajaran lain juga seperti itu”.
Pernyataan kedua informan tersebut dapat disimpulkan bahwa:
Peningkatan
motivasi belajar yang dilakukan oleh guru pada mata pelajaran Akidah Akhlak
tetap ada faktor penunjang dan penghambat dalam strategi guru untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa. Faktor penunjang yang menjadikan siswa
termotivasi adalah karena dalam diri siswa sudah ada motivasi yang berasal dari
dalam dirinya. Siswa yang dapat termotivasi ini disebabkan karena adanya suatu
kebutuhan maupun dorongan yang kuat, dan maju dalam dirinya. Tingkat kemampuan
dan penguasaan siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru ini juga sangat
berpengaruh dalam peningkatan motivasi
siswa yang mengusai bahan ataupun materi pasti dia sangat antusias dalam
mengikuti pembelajaran dikelas. Selain itu, adanya suatu keinginan ataupun
cita-cita dalam dirinya yang ingin diwujudkannya, sehingga anak dapat
termotivasi untuk belajar.
Faktor penghambatnya dalam peningkatan motivasi siswa ini
disebabkan siswa tidak mau merespon terhadap guru dalam memberikan motivasi. Di
dalam diri anak ini tidak ada keinginan sama sekali yang bisa menyebabkan dia
terdorong untuk belajar.
c.
MA Persis 19 Bentar Bentar JL. Guntur, RT 008/04, Paminggir,
Garut Kota, Kabupaten Garut, Jawa Barat
Dalam pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak di MA Persis 19
Bentar muncul beberapa problematika.
Pertama, problematika yang berhubungan dengan guru aqidah
akhlak meliputi: metode pengajaran yang digunakan kurang variatif, kurangnya
penguasaan dan pengembangan materi oleh guru, keteladanan dari para guru, dan
adanya kecenderungan orang tua siswa menyerahkan sepenuhnya pendidikan
anak-anaknya kepada madrasah (guru). Serta kurang adanya kekompakan diantara
para guru dalam memantau perkembangan perilaku siswa.
Kedua, problematika yang berhubungan dengan siswa meliput:
kurangnya sopan santun pada diri siswa baik dalam perbuatan maupun perkataan,
masih adanya siswa yang kurang disiplin atau kurang mematuhi peraturan madrasah
baik di dalam kelas maupun di luar kelas, dan rentannya siswa terhadap pengaruh
teman yang kurang baik akhlaknya.
Ketiga, problem yang berhubungan dengan sarana-prasarana
yakni: Masih terbatasnya sarana-prasarana madrasah.
Berdasarkan uraian di atas, penulis simpulkan terdapat
beberapa jenis problematika pembelajaran Aqidah Akhlak yang diperoleh dari
masing- masing sekolah sebagai berikut:
a.
Faktor Internal
1) Redahnya Keteladanan dari Guru
kepribadian guru itulah yang akan menentukan,
apakah ia akan menjadi pendidik dan Pembina yang baik bagi anak didiknya,
ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak didiknya
terutama bagi anak didik yang masih kecil ( tingkat dasar ) dan mereka yang
sedang mengalami kegoncangan jiwa ( tingkat menengah ) Zakia Drajat Dalam Syah
( 2000: 225-226 ). Problematika pada guru yaitu tidak adanya keteladanan yang
menarik minat siswa untuk belajar pembelajaran Aqidah Akhlak yang merupakan
inti dari tujuan pembelajaran tersebut, dimana Aqidah Akhlak bukan hanya saja
membahas tentang keimanan namun seberapa besar pula implikasi dari pembelajaran
yang disampaikan oleh guru kepada siswa, dimana guru menjadi tontonan dan tuntunan.
2) Rendahnya Motivasi
Menurut Hamalik (1992:173), Pengertian
Motivasi merupakan perubahan energi dalam diri atau pribadi seseorang yang
ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.Berkenaan
dengan pembelajaran Aqidah Akhlak guru kurang motivasi kepada siswa dalam pembelajaran
Aqidah Akhlak sehingga rendahnya semangat untuk belajar materi Aqidah Akhlak,
siswa terlihat cuek, tidak memperhatikan guru saat proses belajar berlangsung.
3) Buruknya sistem pengelolaan
(Manajemen Sekolah)
Menurut
James Jr. manajemen sekolah adalah proses pendayagunaan sumber-sumber manusiawi
bagi penyelenggara sekolah secara efektif. Pengelolaaan sekolah atau yang disebut dengan menejemen
sekolah sebagai basis acuan dalam setiap kegiatan yang ada disekolah terutama
dalam proses pembelajaran sangat penting dirancang dan diimplementasikan oleh
para anggota pendidikan didalamnya, hal ini menyangkut bagaimana pimpinan
sekolah menetapkan kebijakan- kebijakannya sebagai standar mutu proses
pembelajaran terutama untuk para guru- gurunya, namun kenyataan dilapangan yang
menjadi kendala munculnya problematika pembelajaran Aqidah Akhlak berdasarkan
penemuan di atas pimpinan sekolah minim dalam memahami sistem manajemen
pendidikan, sehingga guru terkesan santai dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya.
4) Metode Pembelajaran
Metode menurut Djamaluddin dan
Abdullah Aly dalam Kapita Selekta
Pendidikan Islam, (1999:114) berasal dari kata meta berarti melalui, dan hodos
jalan. Jadi metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
Sedangkan menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkingan belajar.Jadi pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dengan
demikian, metode pembelajaran adalah
strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai media untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Metode pengajaran
penting difahami oleh guru sebagai tanggung jawabnya agar proses pembelajaran
dapat efektif dan efisien, hal inipun dapat memicu siswa untuk semangat
mengikuti proses pembelajaran di kelas, termotivasi dengan adanya beragam
metode pembelajaran yang dituangkan oleh guru, akan tetapi dari hasil
penelitian di atas kebanyakan sekolah guru tidak memahami bagaimana cara
pengelolaan kelas yang baik dan tepat terutama dalam metode pembelajaran.
5) Peserta Didik
Peserta didik ialah setiap manusia
yang sepanjang hayatnya selalu mengalami perkembangan (Hery Noeri Aly 1999;
113). Peserta didik bila dilihat dari sudut pendekatan pembelajaran bisa
dijadikan sebagai subjek atau objek belajar. Dengan demikian, kesadaran peserta
didik akan ilmu memicu dirinya untuk belajar. Akan tetapi banyak faktor yang
menghambat dalam memperoleh ilmu tersebut yang secara umum penulis uraikan
sebagai berikut;
a. Faktor Interen
1. Rendahnya minat belajar
2. Kelemahan memahami materi
menimbulkan malas belajar
3. Kurangnya sopan santun yang
diakibatkan dari gagalnya proses kegiatan belajar
4. Tidak disiplin
b. Faktor Eksteren
1. Pengaruh teman yang kurang baik
6) Minimya sarana dan prasarana
Sarana
pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar
mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan
pendidikan dan berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien. Yang menjadi standar mutu pendidikan
nasional, tidak akan berjalan dengan baik proses pembelajaran tidak optimal
dikarenakan guru akan kebingungan dalam menyampaikan materi pembelajaran dan
rendahnya motivasi belajar siswa dari masalah tersebut tujuan pembelajaran
tidak akan tercapai dengan baik dan menghasilkan lulusan yang kurang bermutu.
b.
Faktor External
Rendahnya peran orang tua
Pentingnya peran orang tua terhadap
pendidikan anak bukanlah hal yang sepele karena pendidikan adalah modal utama
yang harus dimiliki oleh setiap individu yang hidup agar dapat bertahan
menghadapi perkembangan zaman. Seperti saat ini orang tua semakin menyadari
pentingnya memberikan pendidikan yang terbaik kepada anak-anak mereka sejak
dini. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak-anak terbukti memberikan
banyak dampak positif bagi anak. Banyak yang mencapai kesuksesan setelah mereka
menginjak usia dewasa dan terjun ke dalam dunia sosial yang sebenarnya. Peran
aktif orang tua tentu saja perlu didukung oleh komunikasi yang baik antara
orang tua dan pihak sekolah. Seperti orang tua yang terlibat di Sekolah Dasar
(SD) akan menuai efek positif yang akan berlangsung seumur hidup anak. Jadi
tidak hanya peran guru dan lingkungan yang penting tetapi peran orang tua juga
memegang peranan yang sangat penting dalam prestasi belajar anak. Kenyataan
sebaliknya orang tua menyerahkan tugas pendidkannya kepada guru di sekolah,
sehingga tidak ada korelasi antara guru, siswa, dan orang tua yang ikut
memantau perkembangan siswa dimana antara guru di sekolah, siswa dan oarng tua
saling terkait untuk membantu proses perkembangan peserta didik karena guru
hanya membantu siswa untuk belajar melejitkan aspek afektiv, kognitif dan
psikomotoriknya yang lebih berperan penting untuk terwujudnya tujuan pendidikan
bagaimana suasana pendidikan utamanya di rumah yaitu orang tua.
BAB
III
ANALISIS
1.
Analisi Teoretis
a. Tinjauan Pembelajaran Aqidah Akhlak
Teori – teori yang diambil dalam
menjelaskan bagian pembahasan teoritik mengenai pengertian pembelajaran aqidah
akhlak, diantaranya sebagai berikut:
Tujuan pembelajaran Aqidah Akhlak
berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya yaitu untuk meningkatkan pemahaman
(dengan penttransferan ilmu dari pendidik kepada peserta didik) dan
mengimplementasikan keimanan peserta didik dengan perubahan dan peningkatan
tingkah laku menjadi lebih baik (bersumber dari kepribadian pendidik dan
keteladanan yang baik sebagai dasar dari pembelajaran Aqidah Akhlak di
sekolah), sebagaimana Aqidah membahas tentang keimanan dan Akhlak membahas
mengenai perbuatan dari pemahaman tersebut dengan baik dan benar sesuai dengan
ajaran islam. Hal ini sesuai dengan isi dari tujuan pembelajaran Aqidah Akhlak
di sekolah sebagai berikut:
1) Agar peserta didik memiliki
pengetahuan, penghayatan, dan keyakinan yang benar terhadap hal-hal yang harus
diimani, sehingga dalam bersikap dan bertingkah-laku sehari-hari berdasarkan
Al-Qur'an dan Hadits.
2) Agar siswa memiliki pengetahuan,
penghayatan, dan keinginan yang kuat untuk mengamalkan ahlak yang baik dan
berusaha sekuat tenaga untuk meninggalkan akhlak yang buruk, baik dalam
hubungannya dengan Allah SWT, diri sendiri, antar manusia maupun hubungannya
dengan alam lingkungan.
Adapun kelebihan dari pembelajaran Aqidah Akhlak; pertama,
peserta didik mampuh memahami dan mengaplikasikannya dengan akhlakul karimah
dalam kehidupan sehari – hari sesuai Al- Qur’an dan Hadist. Kedua, pembelajaran
Aqidah Akhlak di sekolah madrasah lebih terfokuskan dari segi waktu, materi
dibandingkan di sekolah umum yang hanya di dapat dari mata pelajaran PAI
(Pendidikan Agama Islam) yang hanya satu minggu sekali. Ketiga, pengkhususan
guru pada mata pelajaran Aqidah Akhlak dapat membantu pendidik dan peserta
didik lebih efektif dan evisien dalam mentransfer dan menerima ilmu yang sudah
disampaikan oleh guru.
Sedangkan kekurangan pembelajaran Aqidah Akhlak di madrasah dapat dilihat dari
rendahnya penghayatan pengamalan dalam keseharian peserta didik di sekolah
seperti;
1. Menyontek saat ulangan
2. Tidak disiplin
3. Kurangnya sopan santun
4. Membuang sampah sembarangan
5. Tauran dll
Dengan demikian tujuan dari
pembelajaran Aqidah Akhlak tidak tercapai.
b. Tinjauan Karakteristik Pembelajaran
Aqidah Akhlak
Tujuan dari karakteristik
pembelajaran Aqidah Akhlak pada dasarnya untuk memperbaiki akhlak, sebagaimana
misi Rasulullah Saw yang diutus oleh Allah Swt untuk menyempurnakan akhlak,
maka pembelajaran Aqidah Akhlak lebih cenderung sebuah peningkatan ranak
afektif dan psikomotorik peserta didik yang dilandasi ranah kognitif berbeda
dengan Taksonomi Bloom menyebutkan;
1. Kognitif
2. Afektif
3. Psikomotorik
Bloom cenderung mementingkan aspek
kognitif dibandingkan dengan Afektifnya, sementara pembelajaran Aqidah Akhlak
bersumber dari Al- Qur’an dan Hadist sebagai pedoman keselamatan hidup manusia
di dunia dan akhirat.
Kelebihan pembelajaran Aqidah Akhlak
merupakan ramuan dari Al- Qur’an dan Hadist sebagai pedoman hidup manusia Al-Qur’an
adalah kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW yang
membacanya merupakan suatu ibadah (Manna’ Khalil al-Qaththan, 1994:18).
Sedangkan hadis atau biasa juga disebut sunnah adalah segala perkataan,
perbuatan dan hal ihwal yang berhubungan dengan nabi Muhammad SAW (Muhammad
‘Ajjaj al-Khathib, 1989:108). Dalam kapasitasnya sebagai pedoman hidup umat
Islam, antara al-Qur’an dan hadis tidak dapat dipisahkan karena al-Qur’an
sebagai sumber utama dijelaskan oleh hadis, sehingga hadis disebut sebagai
bayan terhadap al-Qur’an surat al-Nahl ayat 44. Pembelajaran Aqidah Aklak
sebagai materi pelajaran yang bertujuan menyampaikan peserta didik untuk
memahami tujuan penciptaannya dan hakikat diutusnya Rasulullah untuk
menyempurnakan akhlak, tanpa mengesampingkan urusan duniawi adanya keseimbangan
dalam menyikapi kehidupan dunia yang fana sebagai ladang beribadah,
pembelajaran Aqidah Akhlak salah satu upaya dari pengembangan amanah.
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS,
yakni: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.dengn demikian degradasi moralitas dapat
diminimalisir, pembelajaran Aqidah Akhlak dijadikan acuan sumber nilai dan
landasan moral spiritual, pengembangan keilmuan, kajian keislaman, tekhnologi,
seni dan budaya yang sejatinya seiring dengan intisari Q.S An- nissa ; 199-195
dimana pendidikan di madrasah menciptakan generasi Ulul Albab dimana pendidikan
umum adalah sebuah integral agama sehingga pengembangan IPTEK terpadu dalam
konsep akhlakul karimah melalui pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah sehingga
terciptalah rahmatan lil alamin.
Kelemahan dari karakteristik
pembelajaran Aqidah Akhlak di madrasah gagalnya proses pembelajaran guru dengan
semakin maraknya kriminalitas, diskrimisasi antar peserta didik, buliding di
madrasah hal ini sebagai akibat dari buruknya pemahaman guru serta rendahnya
model atau panduan keteladanan yang ada pada diri pendidik itu sendiri,
contohnya pelecehan seksual yang di lakukan oleh guru, minimnya tingkat guru
yang tidak sesuai dengan kompetensinya sebagaimana, Undang-Undang No. 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen serta Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008
tentang Guru mengamanahkan bahwa guru memiliki empat kompetensi yakni:
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi
profesional. Empat kompetensi tersebut secara lebih rinci diuraikan dalam
Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademiki dan
Kompetensi Guru. Hal ini tentu saja tidak terkecuali guru-guru yang mengampu
mata pelajaran al-Qur’an Hadis pada Madrasah Tsanawiyah (MTs) juga harus
memiliki dan menguasai lima kompetensi dimaksud.
c. Tinjauan Tujuan Pembelajaran Aqidah
Akhlak
Sedangkan berkenaan dengan tujuan
pembelajara Adidah Akhlak yaitu untuk
semakin meneguhkannya peserta didik mengenai keimanan dan mengaplikasikannya
dalam kehidupannya sehari- hari dan diharapkan menjadi sebuah prinsip dalam
kehidupannya yang disebut akhlakul karimah, dengan cara proses pengajaran
didalamnya dengan berbagai aspek sehingga potensi ketauhidannya tergali dengan
kesadaran yang timbul dari diri peserta didik itu sendiri, sehingga fisik dan
ruhaninya terpupuk sesuai dengan ajaran islam dan tujuannya memampukan peserta
didik untuk amanah terhadap tugasnya sebagai khalifatu filard dan berkontribusi
tinggi menjadi anak- anak yang bermanfaat untuk bangsa, Negara dan agamanya.
Adapun kelebihan dari pembelajaran
Aqidah Akhlaak ini; pertama, peserta didik maupun pendidik dalam hal ini
memiliki timbal balik untuk meneguhkan keimanannya melalui proses pembelajaran.
Kedua, keseimbangan dari sudut
illahiyyah (ketauhidan) dan insaniyyahnya (kemanusia) dimana pembelajaran Aqidah
Akhlak memupuk nilai- nilai toleransi dan saling menghormati tidak hanya kepada
sesama akan tetapi setiap elemen masyarakat yang multicultural dan multi agama.
Kekurangan dalam pembelajaran Aqidah
Akhlak merujuk pada pembahasan di atas jika membandingkan dengan kenyataan
dilapangan berdasarkan wawancara dengan bapak. Aang Tatang Abdurahman yang
berprofesi sebagai guru Akidah Aqhlak di mengaatakan “kesulitan yang dialami
guru pada mata pelajaran Aqidah Akhlak lebih kepada aplikasinya baik saya
sebagai guru maupun anak- anak sebagai peserta didik”. Jika melihat hal
demikian kekurangan pada pembelajaran Aqidah Akhlak lebih kepada methode
pembelajarannya.
d. Tinjauan
Ruang Lingkup Pembelajaran Aqqidah Akhlak di MI, MTs, dan MA
Ruang lingkup pembelajaran Aqidah
Akhlak berdasarkan pembahasan di bab II bertujuan pada pemcapaian Kompetensi Dasar
(memahami, pengalaman, membiasakan dan bekal di jejang pendidikan selanjutnya)
diamana peserta didik di ajarkan dengan methode pengajaran yang sederhana
artinya di ajarkan sesuai dengan jenjang usia dan pemahamannya. Adapun
uraiannya sebagai berikut:
Pencapaian kompetensi dasar (KD)
I.
Aqidah
(kalimat thoyyibah, asmaul husna, iman kepada Allah, Meyakini iman kepada Allah
secara sederhana dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari- hari)
II.
Akhlak
(sifat terpuji, sifat tercela, adab sehari- hari, kisah teladan)
Berdasarkan uraian di atas kelebihan
dari pembelajaran Aqidah Akhlak di MI pencapain dan pembahasan materi sesuai
dengan usia dan perkembangan peserta didik sehingga mampuh difahami dan
diharapkan tujuan dari pencapaian Kompetensi Dasar Tersebut terealisasi,
sedangkan kekurangannya kisah teladan tidak
ditampilkan dalam Standar
Kompetensi.
Standar Kompetensi mata pelajaran adalah deskripsi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai setelah siswa
mempelajari mata pelajaran tertentupada jenjang pendidikan tertentu pula, tetapi
ditampilkan dalam Kompetensi
Dasar dan Indikator yaitu Kompetensi Dasar adalah
pengetahuan, keterampilan dan sikap minimal yang harus dicapai oleh siswa untuk
menunjukkan bahwa siswa telah menguasai standar kompetensi yang telah
ditetapkan, oleh karena itulah maka kompetensi dasar merupakan penjabaran dari
standar kompetensi.
Sedangkan Indikator merupakan penanda
pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Menurut penulis penting rasanya
materi kisah teladan di tuangkan dalam standar kompetensi karena dapat
mendorong peserta didik lebih termotivasi sebagaimana inti dari pembelajaran
Aqidah Akhlak itu sendiri yang telah dibahas di bab sebelumnya. Penulis menambahkan
kekurangan materi pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs dan MA tidak terdapat
materi tentang kisah teladan terlebih untuk jenjeng MTs masih sangat diperlukan.
Menurut Asnelli Ilyas bahwa tujuan
metode cerita dalam pendidikan anak adalah “menanamkan akhlak Islamiyah dan
perasaan ketuhanan kepada anak dengan harapan melalui pendidikan dapat
menggugah anak untuk senantiasa merenung dan berpikir sehingga dapat terwujud
dalam kehidupan sehari-hari
e. Tinjauan
Problematika pembelajaran Aqidah Akhlak di MI, MTs, dan MA
Problematika pembelajaran Aqidah
Akhlak di MI, MTs, dan MA berdasarkan pembahasan di bab II penulis simpulkan
bahwa problem itu muncul dari beragam aspek yaitu;
1. Pendidik
Pendidik kurang menguasai materi ajar, method,
pengelolaan kelas, dan keteladanan bagi
peserta didik ini artinya pendidik atau guru belum memahami seutuhnya tugasnya
sebagain guru yang berdampak kepada kualitas peserta didik dan lulusanya.
2. Peserta Didik
Peserta didik kurang bahkan tidak memiliki semangat belajar
di kelas dengan beragam faktor diantaranya kejenuhan yang muncul, kurang
motivasi dari guru, perhatian dan keteladanan.
3. Sarana dan Prasarana
Disebagian madrasah berdasarkan pemaparan di atas kekurangan
sarana prasarana mempengaruhi tinggi rendahnya semangat belajar maupun mengajar.
Dampaknya pendidk tidak berkembang secara optimal dan proses kegiatan belajar
mengajar tidak efektif dan efisien.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. pembelajaran Aqidah Akhlak adalah
proses perubahan tingkah laku maupun pengetahuan antara guru dan peserta didik
di dalam kelas yang di dalamnya ada materi pelajaran Aqidah Akhlak. Secara
subtansial pembelajaran Aqidah Akhlak memberikan motivasi kepada peserta didik
untuk memahami dan mengimplementasikan keimanannya sehingga terbentuk peribadi
yang berakhlakul karimah.
2. Karakteristik pembelajaran Aqidah
Akhlak merupakan ramuan dari Al- Qur’an dan Hadist.
3. Tujuan pembelajaran Aqidah Akhlak untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam
Akhlaqnya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,
penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang Aqidah dan
Akhlaq Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan
meningkat kualitas keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak
mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta
untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
4. Ruang lingkup pembelajaran Aqidah Akhlak di MI, MTs, dan MA
mencakup Aqidah, Akhlak, adab dan kisah teladan
5. Problematika pembelajaran Aqidah
Akhlak di MI, MTs, dan MA terdiri dari dua faktor yaitu faktor internal dan
eksternal.
B.
Saran
Sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran Aqidah
Aklak penulis para pembaca makalah inidapat berkontribusi memberikan saran dan
pendapatnya untuk memperbaiki agar lebih baik kedepannya.
C.
Rekomendasi
Adapun
rekomendasi yang perlu penulis sampaikan kepada pihak-pihak terkait,
berdasarkan hasil makalah yang penulis buat, adalah sebagai berikut:
1.
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI)
Al-Musaddadiyah Garut, sebagai lembaga pendidikan Islam, maka dipandang perlu
dalam memberikan pengarahan dan pembelajaran khusus mengenai pendidikan nilai,
karena masalah dekadensi moral yang semakin marak. Sehingga dapat menjadi bekal
yang sangat bermanfaat bagi mahasiswa.
2.
Lembaga pendidikan non formal seperti
pesantren, sebagai lembaga pendidikan Islam non formal, maka dipandang perlu
melakukan pengkajian mengenai pembelajaran Aqidah Akhlak.
DAFTAR PUSTAKA
manahttp://langitjinggadipelupukmatarumahmakalah.blogspot.co.id/2014/10/makalah-manajemen-sekolah_3.html
http://ainamulyana.blogspot.com/2012/01/pengertian-metode-pembelaaran-dan.html
http://www.definisi-pengertian.com/2016/01/pengertian-motivasi-definisi-menurut-ahli.html
https://unismapgsdh.wordpress.com/2015/04/23/guru-sebagai-teladan-bagi-siswa-lilis-nuraeni-411-821-091-30-183/
https://www.scribd.com/document/356366526/Pengertian-Peserta-Didik-Menurut-Para-Ahli
http://almaata.ac.id/pentingnya-peran-orang-tua-terhadap-pendidikan-anak/
http://www.wawasanpendidikan.com/2014/11/tujuan-dan-fungsi-pembelajaran-aqidah.html
http://bdkpadang.kemenag.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=526:al-quran-dan-hadis-sebagai-pedoman-hidup-umat-islam-serial-materi-ajar-al-quran-hadis-mts&catid=41:top-headlines
http://www.duniapendidikan.web.id/2016/08/pengertian-metode-cerita-dan-fungsi-metode-cerita-untuk-anak-anak.html
https://nurfitriyanielfima.wordpress.com/2013/10/09/pengertian-standar-kompetensi-sk-kompetensi-dasar-kd-dan-indikator/