Minggu, 22 Oktober 2017

MAKALAH



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, yakni: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan definisi di atas, penulis menemukan 3 (tiga) pokok pikiran utama yang terkandung di dalamnya, yaitu: (1) usaha sadar dan terencana; (2) mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya; dan (3) memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan poin ke tiga di atas, bahwa perlu diketahui pembelajaran Aqidah Akhlak harus diterapkan di sekolah agar semua siswa mampuh mengaplikasikan keimanan dan amaliah sehari – harinya sesuai dengan ajaran agama islam  yang benar agar terhindar dari perilaku kenakalan remaja yang marak terjadi di zaman sekarang.
  Berdasarkan permasalahan di atas, penting bagi penulis untuk memaparkan lebih lanjut mengenai permasalahan yang di tuangkan dengan judul makalah mengenai “Pengertian, Karakteristik, Tujuan, dan Ruang Lingkup Pembelajaran Aqidah Akhlak di MI, MTs, dan MA”.
B. Rumusan masalah
Dari latar belakang di atas, maka penulis uraikan beberapa rumusan masalah antara lain sebagai berikut:
1.      Apa pengertian pembelajaran Aqidah Akhlak?
2.      Apa karakteristik pembelajaran Aqidah Akhlak?
3.      Apa tujuan pembelajaran Aqidah Akhlak?
4.      Apa ruang lingkup pembelajaran Aqidah Akhlak di MI, MTs, dan MA?
5.      Apa problematika pembelajaran Aqidah Akhlak ddi MI, MTs, dan MA?
C. Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui pembelajaran Aqidah Akhlak.
2.      Untuk mengetahui pembelajaran Aqidah Akhlak.
3.      Untuk mengetahui pembelajaran Aqidah Akhlak.
4.      Untuk mengetahui pembelajaran Aqidah Akhlak di MI, MTs, dan MA.
5.      Untuk mengetahui problematika pembelajaran aqidah akhlak ddi MI, MTs, dan MA.





D. Manfaat Penulisan
Adapun hasil dari penelitian ini diharapakan memperoleh manfaat sebagai berikut :
1.            Teoritis
Manfaat dari hasil penelitian tersebut diharapkan dapat menambah wawasan, pengatahuan dan referensi dalam rangka pengembangan keilmuan   Agama dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian khususnya yang berhubungan dengan Proses Pembelajaran.
2.      Praksis
   Bagi Sekolah Tinggi Agama Islam, hasil makalah ini dapat dijadikan pedoman oleh calon guru (Mahasiswa) dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
E. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan yang dipaparkan dalam makalah ini adalah terdiri dari: Bab 1. Pendahuluan: terdiri dari Latar Belakang masalah; Rumusan Masalah; Tujuan Penulisan; Methode Penulisan dan Sistematika Penulisan;. Bab II. Pembahasan: terdiri dari pengertian, karakteristik,dan tujuan pembelajaran aqidah akhlak serta ruang lingkup dan problematika pembelajaran aqidah akhlak di MI, MTs, dan MA. Bab III. Analisi. Bab IV Terdiri dari Kesimpulan; Saran; dan rekomendasi;.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pembelajaran Aqidah Akhlak
1.      Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Gagne dan Briggs (1979:3). Lebih lanjut, Gagne (1985) mengemukakan teorinya lebih lengkap dengan mengatakan bahwa pembelajaran dimaksudkan untuk menghasilkan belajar, situasi eksternal harus dirancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung, dan mempertahankan proses internal yang terdapat dalam setiap peristiwa belajar.
Berdasarkan uraian di atas, dapat memberikan pemahaman bahwa pembelajaran adalah penciptaan suasana belajar yang diperankan oleh pendidik dengan serangkaian rencana belajar yang melibatkan pendidik itu sendiri, peserta didik dan sumber belajar sehingga terjadi pentransferan ilmu dan perubahan pada peserta didik baik segi avektif, kognitif dan psikomotorik.
2.      Aqidah dan Akhlak
Aqidah Akhlak merupakan dua pembahasan yang berbeda tetapi keduanya satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan saling berkaitan. Aqidah membahas tentang keyakinan, sedangkan Akhlak membahas tentang perbuatan.
Dalam bahasa Arab aqidah berasal dari kata al-‘aqdu yang berarti ikatan, at-tautsiiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah  yang berarti mengikat dengan kuat.
  Sedangkan menurut istilah (terminologi): ‘aqidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya. Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat.
Berdasarkan pengertian di atas penulis simpulkan bahwa pembelajaran Aqidah Akhlak adalah proses perubahan tingkah laku maupun pengetahuan antara guru dan peserta didik di dalam kelas yang di dalamnya ada materi pelajaran Aqidah Akhlak. Secara subtansial pembelajaran Aqidah Akhlak memberikan motivasi kepada peserta didik untuk memahami dan mengimplementasikan keimanannya sehingga terbentuk peribadi yang berakhlakul karimah.


B.     Karakteristik Pembelajaran Aqidah Akhlak
Setiap materi memiliki karakteristik tertentu yang dapat membedakannya materi pelajaran agama aspek lainnya.  Adapun karakteristik materi Aqidah dan Akhlaq adalah sebagai berikut:
1.Pembelajaran Aqidah dan Akhlaq merupakan materi yang dikembangkan dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam agama Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits.
2. Prinsip-prinsip dasar Aqidah adalah keimanan atau keyakinan yang tersimpul dan terhujam kuat di dalam lubuk jiwa atau hati manusia yang diperkuat dengan dalil-dalil naqli, aqli, dan wijdani atau perasaan halus dalam meyakini dan mewujudkan rukun iman yang enam yaitu, iman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan iman kepada takdir.  Prinsip-prinsip Akhlaq adalah pembentukan sikap dan kepribadian seseorang agar berakhlak mulia atau Akhlaq Al-Mahmudah dan mengeliminasi akhlak tecela atau akhlak Al-Madzmumah sebagai manifestasi akidahnya dalam perilaku hidup seseoran   g dalam berakhlak kepada Allah dan Rasul-Nya, kepada diri sendiri, kepada sesama manusia, dan kepada alam serta makhluk lain.
3. Materi Aqidah dan Akhlaq merupakan salah satu rumpun materi pembelajaran agama di madrasah (Al-Qur’an Hadits, Aqidah Akhlaq, Syari’ah/Fiqih Ibadah Muamalah dan Sejarah Kebudayaan Islam) yang secara integratif menjadi sumber nilai dan landasan moral spiritual yang kokoh dalam pengembangan keilmuan dan kajian keislaman, termasuk kajian Aqidah dan Akhlaq yang terkait dengan ilmu dan teknologi serta seni dan budaya.
4. Materi Aqidah dan Akhlaq tidak hanya mengantarkan peserta didik untuk menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang Aqidah dan Akhlaq dalam ajaran Islam, melainkan yang terpenting adalah bagaimana peserta didik dapat mengamalkan Aqidah dan Akhlaq itu dalam kehidupan sehari-hari. Materi Aqidah dan Akhlaq menekankan keutuhan dan keterpaduan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku atau lebih  menekankan pembentukan ranah efektif dan psikomotorik yang dilandasi oleh ranah kognitif.
5.Tujuan materi Aqidah dan Akhlaq adalah untuk membentuk peserta didik beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta memiliki akhlaq mulia.  Tujuan inilah yang sebenarnya merupakan misi utama diutusnya Nabi Muhammad SAW, untuk memperbaiki akhlak manusia.  Dengan demikian, pembelajaran Aqidah dan Akhlaq merupakan jiwa pembelajaran agama Islam. Mengembangkan dan membangun akhlak yang mulia merupakan tujuan sebenarnya dalam setiap pelaksanaan pembelajaran.  Sejalan dengan tujuan itu maka semua materi atau bidang studi yang diajarkan kepada peserta didik haruslah memuat pembelajaran akhlak dan oleh karena itu setiap guru mengemban tugas menjadikan dirinya dan peserta didiknya berakhlak mulia.
C.    Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak
Pendidikan Aqidah dan Akhlaq adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah dan merealisasikannya dalam perilaku Akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan. Dalam kehidupan masyarakat yang majemuk dalam bidang keagamaan, pendidikan ini juga diarahkan pada peneguhan aqidah di satu sisi dan peningkatan toleransi serta saling menghormati dengan penganut agama lain dalam rangka mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa.
Mata pelajaran Aqidah-Akhlaq bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam Akhlaqnya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang Aqidah dan Akhlaq Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan meningkat kualitas keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
D.    Ruang Lingkup Pembelajaran Aqidah Akhlak di MI, MTs, dan MA
Mata  pelajaran  Akidah  Akhlak  di  Madrasah  Ibtidaiyah  berisi  pelajaran  yang dapat  mengarahkan   kepada  pencapaian  kemampuan  dasar  peserta  didik  untuk   dapat  memahami  rukun  iman  dengan  sederhana  serta  pengamalan  dan  pembiasaan  berakhlak Islami secara sederhana  pula,  untuk  dapat  dijadikan  perilaku  dalam  kehidupan  sehari - hari  serta  sebagai  bekal  untuk  jenjang  pendidikan berikutnya.
Ibn Maskawaih menyebut ada tiga hal pokok yang dapat dipahami sebagai materi sebagai materi pendidikan akhlak, yaitu:
a.       Hal-hal yang wajib bagi kebutuhan tubuh.
b.      Hal-hal yang wajib bagi jiwa.
1)      c.       Hal-hal yang wajib sebagai hubungannya Ruang lingkup mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah  meliputi:
a. Aspek akidah (keimanan) meliputi:
1)      Kalimat thayyibah sebagai materi pembiasaan, meliputi: Laa ilaaha illallaah, basmalah, alhamdulillah, subhanallah, Allahu Akbar, ta’awudz, maasya Allah, assalamu’alaikum, salawat, tarji’, laa haula walaa quwwata illa billah, dan istighfar.
2)      Al-asma’ al-husna sebagai materi pembiasaan,  meliputi:  al-Ahad,  al-Kha liq,  ar-Rahman, ar-Rahiim,  as-Sami’,  ar-Razzaaq,  al-Mughnii,  al-Hamid,  asy-Sakuur,  al-Qudduus,  ash-Shamad,  al-Muhaimin, al-‘Azhiim,  al-Kariim,  al-Kabiir,  al-Malik,  al-Bathiin,  al-Walii,  al-Mujiib,  al-Wahhab,  al-‘Aliim,  ash-Zhaahir, ar-Rasyiid, al-Haadi, as-Salaam,  al-Mu’min,  al-Latiif,  al-Baaqi,  al-Bashiir,  al-Muhyi,  al-Mumiit,  al-Qawii,  al-Hakiim,  al-Jabbaar,  al-Mushawwir,   al-Qadiir,  al-Ghafuur,  al-Afuww,  ash-Shabuur, dan al-Haliim.
3)      Iman kepada Allah dengan pembuktian sederhana melalui kalimat tayyibah, al-asma’ al-husna  dan  pengenalan  terhadap  shalat  lima  waktu  sebagai manifestasi iman kepada Allah.
4)      Meyakini rukun iman (iman kepada  Allah,  Malaikat - malaikat-Nya,  Kitab - kitab-Nya,  Rasul-rasul-Nya,  dan  Hari  akhir serta  Qada  dan  Qadar Allah).
b. Aspek akhlak meliputi:
1) Pembiasaan  akhlak  karimah  (mahmudah)  secara  berurutan disajikan  pada  tiap  semester dan  jenjang  kelas,  yaitu:  disiplin,  hidup  bersih,   ramah,  sopan - santun,  syukur  nikmat,  hidup  sederhana,  rendah  hati,  jujur,  rajin,  percaya  diri,  kasih  sayang,  taat,  rukun,  tolong-menolong,  hormat  dan  patuh,  sidik,  amanah,  tablig,  fathanah,  tanggung  jawab,  adil,  bijaksana,  teguh  pendirian,  dermawan,  optimis, qana’ah, dan tawakal.
2)  Mengindari akhlak tercela (madzmumah) secara berurutan disajikan pada tiap semester dan jenjang kelas, yaitu: hidup kotor, berbicara jorok/kasar, bohong, sombong, malas, durhaka, khianat, iri, dengki, membang kang, munafik, hasud, kikir, serakah, pesimis, putus asa, marah, fasik, dan murtad.
c. Aspek adab Islami, meliputi:
1)  Adab terhadap diri sendiri, yaitu: adab mandi, tidur, buang air besar / kecil,  berbicara,  meludah,  berpakaian,  makan,  minum,  bersin,  belajar,  dan  bermain.
2)   Adab terhadap Allah, yaitu: adab di masjid, mengaji, dan beribadah.
3)  Adab kepada sesama, yaitu: kepada orang tua, saudara, guru, teman,  dan tetangga.
4) Adab terhadap lingkungan, yaitu:  kepada  binatang  dan  tumbuhan,  di  tempat  umum, dan di jalan.
d. Aspek kisah teladan.
Aspek dari kisah teladan meliputi:  Kisah  Nabi  Ibrahim  mencari  Tuhan,  Nabi Sulaiman dengan  tentara  semut, masa kecil Nabi  Muhammad  SAW,  masa  remaja  Nabi  Muhammad  SAW,  Nabi Ismail,  Kan’an,  kelicikan  saudara-saudara  Nabi  Yusuf AS,  Tsa’labah,  Masithah,  Ulul  Azmi,  Abu  Lahab,  Qarun, Nabi Sulaiman  dan umatnya, Ashabul Kahfi,  Nabi  Yunus,  dan  Nabi  Ayub.  Materi  kisah-kisah teladan  ini  disajikan  sebagai  penguat  terhadap isi  materi,  yaitu  akidah  dan akhlak,  sehingga tidak  ditampilkan  dalam  Standar  Kompetensi,  tetapi  ditampilkan  dalam  Kompetensi  Dasar  dan  Indikator.
dengan sesama manusia.
2)      Ruang lingkup Kurikulum Pendidikan Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah adalah sebagai berikut:
a.       Aspek aqidah terdiri atas keimanan kepada sifat wajib, mustahil dan jaiz Allah, keimanan kepada kitab Allah, Rasul Allah, sifat-sifat dan mukjizatnya dan hari akhir.
b.      Aspek Akhlak terpuji yang terdiri dari atas khauf, taubat, tawadlu’, ikhlas, bertauhid, inovatif, kreatif, percaya diri, tekad yang kuat, ta’aruf, ta’awun, tafahum, tasamuh, jujur, adil, amanah, menepati janji dan bermusyawarah.
c.       Aspek akhlak tercela meliputi kufur, syirik, munafik, namimah dan ghibah.
E.     Problematika Pembelajaran Aqidah Akhlak di MI, MTs, dan MA
Terdapat beberapa contoh yang dapat dipaparkan dalam makalah ini, tentang pengalaman wawancara kami dengan guru Aqidah Akhlak di MI Miftahul Huda Tondomulyo Jakenan Pati yang terletak Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati, Jawa Tengah di, MTs Al- Khairiyah Jl. H. Naimun, RT.2/RW.11, Pd. Pinang, Kby. Lama, Kota Jakarta Selatan dan MA Persis 19 Bentar JL. Guntur, RT 008/04, Paminggir, Garut Kota, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Hasil wawancara tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a.      Problematika Pembelajaran Akidah Akhlak di MI Miftahul Huda Tondomulyo Jakenan Pati Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati, Jawa Tengah
Problematika pembelajaran akidah akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda Tondomulyo Jakenan Pati diantaranya yaitu:
1)      Problematika pada guru
Setiap guru seharusnya dapat mengajar di depan kelas. Dalam buku belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya mengemukakan tanggung jawab guru cukup banyak yaitu meliputi hal-hal berikut ini:
a. Memberi bantuan kepada siswa dengan menceritakan sesuatu yang baik, yang dapat menjamin kehidupannya.
b. Memberikan jawaban langsung pada pertanyaan yang diminta oleh siswa.
c. Memberikan kesempatan untuk berpendapat.
d. Memberikan evaluasi.
e. Memberikan kesempatan menghubungkan dengan pengalamannya sendiri.
2)      Problematika pada sistem pengelolaan kelas dan metode pembelajaran.
Problematika yang dihadapi berikutnya adalah yang berkaitan dengan sistem pengelolaan dan metode pengajaran. System pengelolaan yang diterapkan oleh sebuah lembaga pendidikan terkadang mendatangkan problematika tersendiri. Sistem pengelolaan terhadap sebuah lembaga atau yang penulis katakan dengan management merupakan hal yang tidak kalah pentingnya. Bagaimana pemimpin lembaga tersebut mengelola lembaganya merupakan salah satu hal yang juga akan ikut mempengaruhi terhadap perjalanan pendidikan.
Pemimpin lembaga seharusnya dapat memanajemen dengan baik semua komponen yang ada agar dapat menjadi satu kesatuan yang utuh. Mengusahakan keserasian antara kegiatan tiap orang dan tiap pihak demi mencapai sasaran dan tujuan bersama atau yang disebut dengan koordinasi merupakan inti manajemen.
Dengan adanya manajemen yang baik dari seorang pemimpin maka diharapkan perjalanan pendidikan pada lembaga tersebut dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan apa yang diinginkan. Dengan seperti itu maka problematika yang berkaitan dengan manajemen akan dapat di minimalisir. Selain problematika yang berkaitan dengan pengelolaan juga ada problematika yang berkaitan dengan metode pengajaran. Terkadang metode yang diterapkan oleh guru tidak cocok bagi siswa dan siswa tidak dapat menangkap pelajaran dengan baik. Masih amat banyak guru yang belum memahami metode yang bagaimana yang harus ia terapkan dalam menyampaikan suatu materi.
Sebelum menerapkan metode yang akan diterapkan seharusnya guru memahami tugas pokoknya. Dengan mengetahui tugas pokoknya maka guru akan memiliki tanggung jawab yang besar dan berusaha melaksanakan tugasnya dengan baik. Dalam buku Wawasan Tugas Tenaga Guru dan Pembina Pendidikan Agama Islam Drs. Hadirja Paraba menyampaikan tugas pokok guru antara lain:
a. Mengajar
b. Mendidik
c. Melatih
d. Menilai atau mengevaluasi
Dengan mengetahui tugas pokok seperti di atas tentunya guru akan berpikir apa yang harus dilakukan sebagai pelaksanaan tugas pokoknya. Dalam hal mengajar yang efektif ini Drs. Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya juga menyampaikan syarat-syarat bagi mengajar yang efektif. Beliau menyampaikan untuk melaksanakan mengajar yang efektif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut:
a. Belajar secara aktif baik mental maupun fisik.
b. Guru harus mempergunakan banyak metode pada waktu mengajar.
c. Motivasi, guru hendaknya memberikan motivasi yang tepat bagi anak.
d. Kurikulum yang baik dan seimbang.
e. Guru perlu mempertimbangkan perbedaan individual.
f. Selalu membuat perencanaan sebelum mengajar.
g. Sugesti yang kuat akan merangsang siswa untuk rajin belajar.
h.Guru memiliki keberanian menghadapi siswa-siswanya.
i. Guru dapat menciptakan suasana yang demokratis di sekolah.
j.Dalam penyampaian materi guru perlu memberikan permasalahan yang merangsang anak untuk berfikir.
k. Pelajaran yang diberikan pada siswa perlu diintegrasikan.
l. Pelajaran di sekolah dihubungkan dengan kehidupan nyata di masyarakat.
m. Guru memberikan kebebasan pada siswa untuk dapat menyelidiki sendiri,    mengamati sendiri, belajar sendiri, memecahkan masalah sendiri.
n. Pengajaran remedial untuk mengulangi apa yang pernah disampaikan.
Dengan berbagai macam hal diatas, apabila dapat diterapkan dengan baik maka proses pengajaran akan berjalan dengan baik dan efektif. Guru juga dapat menentukan metode pengajaran yang sesuai dengan mata pelajaran yang disampaikanya.

3)      Problematika pada anak didik
Problematika yang selanjutnya adalah problematika yang dihadapi oleh anak didik atau siswa. Siswa juga mengalami banyak problem dalam belajarnya. Ada hal-hal yang dapat mempengaruhi belajar siswa, yang secara umum ada dua faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor intern dan ekstern.
b.      Madrasah Tsanawiyah Al-Khariyah Jl. H. Naimun, RT.2/RW.11, Pd. Pinang, Kby. Lama, Kota Jakarta Selatan
            Faktor Penghambat dan Penunjang dalam Peningkatan Motivasi Belajar
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan guru mata pelajaran Akidah Akhlak pada tanggal 21 November 2013, beliau menyatakan bahwa:“ Faktor penghambat dan penunjang sebenarnya tergantung pada siswa. Saya berusaha memberikan motivasi tetapi diri siswa tidak termotivasi ya usaha saya memberikan motivasi tidak ada gunanya. Ini biasanya terjadi pada siswa yang nakal mereka cuek dan acuh tidak hanya mata pelajaran saya tapi hampir pada semua mata pelajaran. Siswa yang termotivasi ini karena dalam dirinya itu sudah ada yang mendorongnya mereka ingin bersaing dengan temannya sehingga ia ingin menunjukkan yang paling baik”.
Untuk lebih menguatkan peneliti melakukan crosscheck dengan siswa sebagai informan. Peneliti melakukan wawancara dengan Indah Putri Rahayu salah satu siswa kelas VIII/A. Dalam interview yang peneliti lakukan dia mengemukakan:
“Bu Millah sering memberikan motivasi kepada siswa, tetapi siswa yang nakal jarang memperhatikan guru. Dia tidak peduli dengan mata pelajaran Akidah Akhlak walaupun ibu sering memberi hukuman. Tidak mata pelajaran Akidah Akhlak saja pelajaran-pelajaran lain juga seperti itu”.
Pernyataan kedua informan tersebut dapat disimpulkan bahwa:
Peningkatan motivasi belajar yang dilakukan oleh guru pada mata pelajaran Akidah Akhlak tetap ada faktor penunjang dan penghambat dalam strategi guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Faktor penunjang yang menjadikan siswa termotivasi adalah karena dalam diri siswa sudah ada motivasi yang berasal dari dalam dirinya. Siswa yang dapat termotivasi ini disebabkan karena adanya suatu kebutuhan maupun dorongan yang kuat, dan maju dalam dirinya. Tingkat kemampuan dan penguasaan siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru ini juga sangat berpengaruh dalam peningkatan motivasi  siswa yang mengusai bahan ataupun materi pasti dia sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran dikelas. Selain itu, adanya suatu keinginan ataupun cita-cita dalam dirinya yang ingin diwujudkannya, sehingga anak dapat termotivasi untuk belajar.
Faktor penghambatnya dalam peningkatan motivasi siswa ini disebabkan siswa tidak mau merespon terhadap guru dalam memberikan motivasi. Di dalam diri anak ini tidak ada keinginan sama sekali yang bisa menyebabkan dia terdorong untuk belajar.
c.       MA Persis 19 Bentar Bentar JL. Guntur, RT 008/04, Paminggir, Garut Kota, Kabupaten Garut, Jawa Barat
Dalam pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak di MA Persis 19 Bentar muncul beberapa problematika.
Pertama, problematika yang berhubungan dengan guru aqidah akhlak meliputi: metode pengajaran yang digunakan kurang variatif, kurangnya penguasaan dan pengembangan materi oleh guru, keteladanan dari para guru, dan adanya kecenderungan orang tua siswa menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak-anaknya kepada madrasah (guru). Serta kurang adanya kekompakan diantara para guru dalam memantau perkembangan perilaku siswa.
Kedua, problematika yang berhubungan dengan siswa meliput: kurangnya sopan santun pada diri siswa baik dalam perbuatan maupun perkataan, masih adanya siswa yang kurang disiplin atau kurang mematuhi peraturan madrasah baik di dalam kelas maupun di luar kelas, dan rentannya siswa terhadap pengaruh teman yang kurang baik akhlaknya.
Ketiga, problem yang berhubungan dengan sarana-prasarana yakni: Masih terbatasnya sarana-prasarana madrasah.
Berdasarkan uraian di atas, penulis simpulkan terdapat beberapa jenis problematika pembelajaran Aqidah Akhlak yang diperoleh dari masing- masing  sekolah sebagai berikut:
a.      Faktor Internal
1)      Redahnya Keteladanan dari Guru
kepribadian guru itulah yang akan menentukan, apakah ia akan menjadi pendidik dan Pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang masih kecil ( tingkat dasar ) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa ( tingkat menengah ) Zakia Drajat Dalam Syah ( 2000: 225-226 ). Problematika pada guru yaitu tidak adanya keteladanan yang menarik minat siswa untuk belajar pembelajaran Aqidah Akhlak yang merupakan inti dari tujuan pembelajaran tersebut, dimana Aqidah Akhlak bukan hanya saja membahas tentang keimanan namun seberapa besar pula implikasi dari pembelajaran yang disampaikan oleh guru kepada siswa, dimana guru menjadi tontonan  dan tuntunan.
2)      Rendahnya Motivasi
 Menurut Hamalik (1992:173), Pengertian Motivasi merupakan perubahan energi dalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.Berkenaan dengan pembelajaran Aqidah Akhlak guru kurang  motivasi kepada siswa dalam pembelajaran Aqidah Akhlak sehingga rendahnya semangat untuk belajar materi Aqidah Akhlak, siswa terlihat cuek, tidak memperhatikan guru saat proses belajar berlangsung.
3)      Buruknya sistem pengelolaan (Manajemen Sekolah)
Menurut  James Jr. manajemen sekolah adalah proses pendayagunaan sumber-sumber manusiawi bagi penyelenggara sekolah secara efektif. Pengelolaaan sekolah atau yang disebut dengan menejemen sekolah sebagai basis acuan dalam setiap kegiatan yang ada disekolah terutama dalam proses pembelajaran sangat penting dirancang dan diimplementasikan oleh para anggota pendidikan didalamnya, hal ini menyangkut bagaimana pimpinan sekolah menetapkan kebijakan- kebijakannya sebagai standar mutu proses pembelajaran terutama untuk para guru- gurunya, namun kenyataan dilapangan yang menjadi kendala munculnya problematika pembelajaran Aqidah Akhlak berdasarkan penemuan di atas pimpinan sekolah minim dalam memahami sistem manajemen pendidikan, sehingga guru terkesan santai dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
4)      Metode Pembelajaran
Metode menurut Djamaluddin dan Abdullah Aly dalam  Kapita Selekta Pendidikan Islam, (1999:114) berasal dari kata meta berarti melalui, dan hodos jalan. Jadi metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkingan belajar.Jadi pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dengan demikian, metode  pembelajaran  adalah  strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran  yang  telah  ditetapkan.  Metode pengajaran penting difahami oleh guru sebagai tanggung jawabnya agar proses pembelajaran dapat efektif dan efisien, hal inipun dapat memicu siswa untuk semangat mengikuti proses pembelajaran di kelas, termotivasi dengan adanya beragam metode pembelajaran yang dituangkan oleh guru, akan tetapi dari hasil penelitian di atas kebanyakan sekolah guru tidak memahami bagaimana cara pengelolaan kelas yang baik dan tepat terutama dalam metode pembelajaran.
5)      Peserta Didik
Peserta didik ialah setiap manusia yang sepanjang hayatnya selalu mengalami perkembangan (Hery Noeri Aly 1999; 113). Peserta didik bila dilihat dari sudut pendekatan pembelajaran bisa dijadikan sebagai subjek atau objek belajar. Dengan demikian, kesadaran peserta didik akan ilmu memicu dirinya untuk belajar. Akan tetapi banyak faktor yang menghambat dalam memperoleh ilmu tersebut yang secara umum penulis uraikan sebagai berikut;
a.       Faktor Interen
1.      Rendahnya minat belajar
2.      Kelemahan memahami materi menimbulkan malas belajar
3.      Kurangnya sopan santun yang diakibatkan dari gagalnya proses kegiatan belajar
4.      Tidak disiplin
b.      Faktor Eksteren
1.      Pengaruh teman yang kurang baik
6)      Minimya sarana dan prasarana
Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dan berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien. Yang menjadi standar mutu pendidikan nasional, tidak akan berjalan dengan baik proses pembelajaran tidak optimal dikarenakan guru akan kebingungan dalam menyampaikan materi pembelajaran dan rendahnya motivasi belajar siswa dari masalah tersebut tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dengan baik dan menghasilkan lulusan yang kurang bermutu.
b.      Faktor External
Rendahnya peran orang tua
Pentingnya peran orang tua terhadap pendidikan anak bukanlah hal yang sepele karena pendidikan adalah modal utama yang harus dimiliki oleh setiap individu yang hidup agar dapat bertahan menghadapi perkembangan zaman. Seperti saat ini orang tua semakin menyadari pentingnya memberikan pendidikan yang terbaik kepada anak-anak mereka sejak dini. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak-anak terbukti memberikan banyak dampak positif bagi anak. Banyak yang mencapai kesuksesan setelah mereka menginjak usia dewasa dan terjun ke dalam dunia sosial yang sebenarnya. Peran aktif orang tua tentu saja perlu didukung oleh komunikasi yang baik antara orang tua dan pihak sekolah. Seperti orang tua yang terlibat di Sekolah Dasar (SD) akan menuai efek positif yang akan berlangsung seumur hidup anak. Jadi tidak hanya peran guru dan lingkungan yang penting tetapi peran orang tua juga memegang peranan yang sangat penting dalam prestasi belajar anak. Kenyataan sebaliknya orang tua menyerahkan tugas pendidkannya kepada guru di sekolah, sehingga tidak ada korelasi antara guru, siswa, dan orang tua yang ikut memantau perkembangan siswa dimana antara guru di sekolah, siswa dan oarng tua saling terkait untuk membantu proses perkembangan peserta didik karena guru hanya membantu siswa untuk belajar melejitkan aspek afektiv, kognitif dan psikomotoriknya yang lebih berperan penting untuk terwujudnya tujuan pendidikan bagaimana suasana pendidikan utamanya di rumah yaitu orang tua.














BAB III
ANALISIS
1.      Analisi Teoretis
a.        Tinjauan Pembelajaran Aqidah Akhlak
Teori – teori yang diambil dalam menjelaskan bagian pembahasan teoritik mengenai pengertian pembelajaran aqidah akhlak, diantaranya sebagai berikut:
Tujuan pembelajaran Aqidah Akhlak berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya yaitu untuk meningkatkan pemahaman (dengan penttransferan ilmu dari pendidik kepada peserta didik) dan mengimplementasikan keimanan peserta didik dengan perubahan dan peningkatan tingkah laku menjadi lebih baik (bersumber dari kepribadian pendidik dan keteladanan yang baik sebagai dasar dari pembelajaran Aqidah Akhlak di sekolah), sebagaimana Aqidah membahas tentang keimanan dan Akhlak membahas mengenai perbuatan dari pemahaman tersebut dengan baik dan benar sesuai dengan ajaran islam. Hal ini sesuai dengan isi dari tujuan pembelajaran Aqidah Akhlak di sekolah sebagai berikut:
1)      Agar peserta didik memiliki pengetahuan, penghayatan, dan keyakinan yang benar terhadap hal-hal yang harus diimani, sehingga dalam bersikap dan bertingkah-laku sehari-hari berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits.
2)      Agar siswa memiliki pengetahuan, penghayatan, dan keinginan yang kuat untuk mengamalkan ahlak yang baik dan berusaha sekuat tenaga untuk meninggalkan akhlak yang buruk, baik dalam hubungannya dengan Allah SWT, diri sendiri, antar manusia maupun hubungannya dengan alam lingkungan.
Adapun kelebihan dari pembelajaran Aqidah Akhlak; pertama, peserta didik mampuh memahami dan mengaplikasikannya dengan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari – hari sesuai Al- Qur’an dan Hadist. Kedua, pembelajaran Aqidah Akhlak di sekolah madrasah lebih terfokuskan dari segi waktu, materi dibandingkan di sekolah umum yang hanya di dapat dari mata pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) yang hanya satu minggu sekali. Ketiga, pengkhususan guru pada mata pelajaran Aqidah Akhlak dapat membantu pendidik dan peserta didik lebih efektif dan evisien dalam mentransfer dan menerima ilmu yang sudah disampaikan oleh guru.
Sedangkan kekurangan pembelajaran  Aqidah Akhlak di madrasah dapat dilihat dari rendahnya penghayatan pengamalan dalam keseharian peserta didik di sekolah seperti;
1.      Menyontek saat ulangan
2.      Tidak disiplin
3.      Kurangnya sopan santun
4.      Membuang sampah sembarangan
5.      Tauran dll
Dengan demikian tujuan dari pembelajaran Aqidah Akhlak tidak tercapai.


b.      Tinjauan Karakteristik Pembelajaran Aqidah Akhlak
Tujuan dari karakteristik pembelajaran Aqidah Akhlak pada dasarnya untuk memperbaiki akhlak, sebagaimana misi Rasulullah Saw yang diutus oleh Allah Swt untuk menyempurnakan akhlak, maka pembelajaran Aqidah Akhlak lebih cenderung sebuah peningkatan ranak afektif dan psikomotorik peserta didik yang dilandasi ranah kognitif berbeda dengan  Taksonomi Bloom menyebutkan;
1.      Kognitif
2.      Afektif
3.      Psikomotorik
Bloom cenderung mementingkan aspek kognitif dibandingkan dengan Afektifnya, sementara pembelajaran Aqidah Akhlak bersumber dari Al- Qur’an dan Hadist sebagai pedoman keselamatan hidup manusia di dunia dan akhirat.
Kelebihan pembelajaran Aqidah Akhlak merupakan ramuan dari Al- Qur’an dan Hadist sebagai pedoman hidup manusia Al-Qur’an adalah kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW yang membacanya merupakan suatu ibadah (Manna’ Khalil al-Qaththan, 1994:18). Sedangkan hadis atau biasa juga disebut sunnah adalah segala perkataan, perbuatan dan hal ihwal yang berhubungan dengan nabi Muhammad SAW (Muhammad ‘Ajjaj al-Khathib, 1989:108). Dalam kapasitasnya sebagai pedoman hidup umat Islam, antara al-Qur’an dan hadis tidak dapat dipisahkan karena al-Qur’an sebagai sumber utama dijelaskan oleh hadis, sehingga hadis disebut sebagai bayan terhadap al-Qur’an surat al-Nahl ayat 44. Pembelajaran Aqidah Aklak sebagai materi pelajaran yang bertujuan menyampaikan peserta didik untuk memahami tujuan penciptaannya dan hakikat diutusnya Rasulullah untuk menyempurnakan akhlak, tanpa mengesampingkan urusan duniawi adanya keseimbangan dalam menyikapi kehidupan dunia yang fana sebagai ladang beribadah, pembelajaran Aqidah Akhlak salah satu upaya dari pengembangan amanah.
 Dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, yakni: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.dengn demikian degradasi moralitas dapat diminimalisir, pembelajaran Aqidah Akhlak dijadikan acuan sumber nilai dan landasan moral spiritual, pengembangan keilmuan, kajian keislaman, tekhnologi, seni dan budaya yang sejatinya seiring dengan intisari Q.S An- nissa ; 199-195 dimana pendidikan di madrasah menciptakan generasi Ulul Albab dimana pendidikan umum adalah sebuah integral agama sehingga pengembangan IPTEK terpadu dalam konsep akhlakul karimah melalui pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah sehingga terciptalah rahmatan lil alamin.
Kelemahan dari karakteristik pembelajaran Aqidah Akhlak di madrasah gagalnya proses pembelajaran guru dengan semakin maraknya kriminalitas, diskrimisasi antar peserta didik, buliding di madrasah hal ini sebagai akibat dari buruknya pemahaman guru serta rendahnya model atau panduan keteladanan yang ada pada diri pendidik itu sendiri, contohnya pelecehan seksual yang di lakukan oleh guru, minimnya tingkat guru yang tidak sesuai dengan kompetensinya sebagaimana, Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru mengamanahkan bahwa guru memiliki empat kompetensi yakni: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Empat kompetensi tersebut secara lebih rinci diuraikan dalam Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademiki dan Kompetensi Guru. Hal ini tentu saja tidak terkecuali guru-guru yang mengampu mata pelajaran al-Qur’an Hadis pada Madrasah Tsanawiyah (MTs) juga harus memiliki dan menguasai lima kompetensi dimaksud.
c.       Tinjauan Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak
Sedangkan berkenaan dengan tujuan pembelajara  Adidah Akhlak yaitu untuk semakin meneguhkannya peserta didik mengenai keimanan dan mengaplikasikannya dalam kehidupannya sehari- hari dan diharapkan menjadi sebuah prinsip dalam kehidupannya yang disebut akhlakul karimah, dengan cara proses pengajaran didalamnya dengan berbagai aspek sehingga potensi ketauhidannya tergali dengan kesadaran yang timbul dari diri peserta didik itu sendiri, sehingga fisik dan ruhaninya terpupuk sesuai dengan ajaran islam dan tujuannya memampukan peserta didik untuk amanah terhadap tugasnya sebagai khalifatu filard dan berkontribusi tinggi menjadi anak- anak yang bermanfaat untuk bangsa, Negara dan agamanya.
Adapun kelebihan dari pembelajaran Aqidah Akhlaak ini; pertama, peserta didik maupun pendidik dalam hal ini memiliki timbal balik untuk meneguhkan keimanannya melalui proses pembelajaran. Kedua,  keseimbangan dari sudut illahiyyah (ketauhidan) dan insaniyyahnya (kemanusia) dimana pembelajaran Aqidah Akhlak memupuk nilai- nilai toleransi dan saling menghormati tidak hanya kepada sesama akan tetapi setiap elemen masyarakat yang multicultural dan multi agama.
Kekurangan dalam pembelajaran Aqidah Akhlak merujuk pada pembahasan di atas jika membandingkan dengan kenyataan dilapangan berdasarkan wawancara dengan bapak. Aang Tatang Abdurahman yang berprofesi sebagai guru Akidah Aqhlak di mengaatakan “kesulitan yang dialami guru pada mata pelajaran Aqidah Akhlak lebih kepada aplikasinya baik saya sebagai guru maupun anak- anak sebagai peserta didik”. Jika melihat hal demikian kekurangan pada pembelajaran Aqidah Akhlak lebih kepada methode pembelajarannya.
d.      Tinjauan Ruang Lingkup Pembelajaran Aqqidah Akhlak di MI, MTs, dan MA
Ruang lingkup pembelajaran Aqidah Akhlak berdasarkan pembahasan di bab II bertujuan pada pemcapaian Kompetensi Dasar (memahami, pengalaman, membiasakan dan bekal di jejang pendidikan selanjutnya) diamana peserta didik di ajarkan dengan methode pengajaran yang sederhana artinya di ajarkan sesuai dengan jenjang usia dan pemahamannya. Adapun uraiannya sebagai berikut:
Pencapaian kompetensi dasar (KD)
       I.            Aqidah (kalimat thoyyibah, asmaul husna, iman kepada Allah, Meyakini iman kepada Allah secara sederhana dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari- hari)
    II.            Akhlak (sifat terpuji, sifat tercela, adab sehari- hari, kisah teladan)
Berdasarkan uraian di atas kelebihan dari pembelajaran Aqidah Akhlak di MI pencapain dan pembahasan materi sesuai dengan usia dan perkembangan peserta didik sehingga mampuh difahami dan diharapkan tujuan dari pencapaian Kompetensi Dasar Tersebut terealisasi, sedangkan kekurangannya kisah teladan tidak  ditampilkan  dalam  Standar  Kompetensi.
 Standar Kompetensi mata pelajaran adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai setelah siswa mempelajari mata pelajaran tertentupada jenjang pendidikan tertentu pula,  tetapi  ditampilkan  dalam  Kompetensi  Dasar  dan  Indikator yaitu Kompetensi Dasar adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap minimal yang harus dicapai oleh siswa untuk menunjukkan bahwa siswa telah menguasai standar kompetensi yang telah ditetapkan, oleh karena itulah maka kompetensi dasar merupakan penjabaran dari standar kompetensi.
 Sedangkan Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Menurut penulis penting rasanya materi kisah teladan di tuangkan dalam standar kompetensi karena dapat mendorong peserta didik lebih termotivasi sebagaimana inti dari pembelajaran Aqidah Akhlak itu sendiri yang telah dibahas di bab sebelumnya. Penulis menambahkan kekurangan materi pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs dan MA tidak terdapat materi tentang kisah teladan terlebih untuk jenjeng MTs masih sangat diperlukan.
Menurut Asnelli Ilyas bahwa tujuan metode cerita dalam pendidikan anak adalah “menanamkan akhlak Islamiyah dan perasaan ketuhanan kepada anak dengan harapan melalui pendidikan dapat menggugah anak untuk senantiasa merenung dan berpikir sehingga dapat terwujud dalam kehidupan sehari-hari
e.       Tinjauan Problematika pembelajaran Aqidah Akhlak di MI, MTs, dan MA
Problematika pembelajaran Aqidah Akhlak di MI, MTs, dan MA berdasarkan pembahasan di bab II penulis simpulkan bahwa problem itu muncul dari beragam aspek yaitu;
1.      Pendidik
Pendidik kurang menguasai materi ajar, method, pengelolaan  kelas, dan keteladanan bagi peserta didik ini artinya pendidik atau guru belum memahami seutuhnya tugasnya sebagain guru yang berdampak kepada kualitas peserta didik dan lulusanya.
2.      Peserta Didik
Peserta didik kurang bahkan tidak memiliki semangat belajar di kelas dengan beragam faktor diantaranya kejenuhan yang muncul, kurang motivasi dari guru, perhatian dan keteladanan.

3.      Sarana dan Prasarana
Disebagian madrasah berdasarkan pemaparan di atas kekurangan sarana prasarana mempengaruhi tinggi rendahnya semangat belajar maupun mengajar. Dampaknya pendidk tidak berkembang secara optimal dan proses kegiatan belajar mengajar tidak efektif dan efisien.

















BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      pembelajaran Aqidah Akhlak adalah proses perubahan tingkah laku maupun pengetahuan antara guru dan peserta didik di dalam kelas yang di dalamnya ada materi pelajaran Aqidah Akhlak. Secara subtansial pembelajaran Aqidah Akhlak memberikan motivasi kepada peserta didik untuk memahami dan mengimplementasikan keimanannya sehingga terbentuk peribadi yang berakhlakul karimah.
2.      Karakteristik pembelajaran Aqidah Akhlak merupakan ramuan dari Al- Qur’an dan Hadist.
3.      Tujuan pembelajaran Aqidah Akhlak untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam Akhlaqnya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang Aqidah dan Akhlaq Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan meningkat kualitas keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
4.      Ruang lingkup pembelajaran Aqidah Akhlak di MI, MTs, dan MA mencakup Aqidah, Akhlak, adab dan kisah teladan
5.      Problematika pembelajaran Aqidah Akhlak di MI, MTs, dan MA terdiri dari dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal.
B.     Saran
Sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran Aqidah Aklak penulis para pembaca makalah inidapat berkontribusi memberikan saran dan pendapatnya untuk memperbaiki agar lebih baik kedepannya.
C.    Rekomendasi
Adapun rekomendasi yang perlu penulis sampaikan kepada pihak-pihak terkait, berdasarkan hasil makalah yang penulis buat, adalah sebagai berikut:
1.        Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Musaddadiyah Garut, sebagai lembaga pendidikan Islam, maka dipandang perlu dalam memberikan pengarahan dan pembelajaran khusus mengenai pendidikan nilai, karena masalah dekadensi moral yang semakin marak. Sehingga dapat menjadi bekal yang sangat bermanfaat bagi mahasiswa.
2.        Lembaga pendidikan non formal seperti pesantren, sebagai lembaga pendidikan Islam non formal, maka dipandang perlu melakukan pengkajian mengenai pembelajaran Aqidah Akhlak.




DAFTAR PUSTAKA
manahttp://langitjinggadipelupukmatarumahmakalah.blogspot.co.id/2014/10/makalah-manajemen-sekolah_3.html
http://ainamulyana.blogspot.com/2012/01/pengertian-metode-pembelaaran-dan.html
http://www.definisi-pengertian.com/2016/01/pengertian-motivasi-definisi-menurut-ahli.html
https://unismapgsdh.wordpress.com/2015/04/23/guru-sebagai-teladan-bagi-siswa-lilis-nuraeni-411-821-091-30-183/
https://www.scribd.com/document/356366526/Pengertian-Peserta-Didik-Menurut-Para-Ahli
http://almaata.ac.id/pentingnya-peran-orang-tua-terhadap-pendidikan-anak/
http://www.wawasanpendidikan.com/2014/11/tujuan-dan-fungsi-pembelajaran-aqidah.html
http://bdkpadang.kemenag.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=526:al-quran-dan-hadis-sebagai-pedoman-hidup-umat-islam-serial-materi-ajar-al-quran-hadis-mts&catid=41:top-headlines
http://www.duniapendidikan.web.id/2016/08/pengertian-metode-cerita-dan-fungsi-metode-cerita-untuk-anak-anak.html
https://nurfitriyanielfima.wordpress.com/2013/10/09/pengertian-standar-kompetensi-sk-kompetensi-dasar-kd-dan-indikator/